Nationalgeographic.co.id—Pelabuhan adalah tempat bertemunya orang, benda, ide, dan budaya. Pelabuhan bukan hanya sekadar pusat pertukaran, pengiriman, dan penyimpanan komoditas. Fasilitas-fasilitas tersebut memenuhi tuntutan penting untuk tugas-tugas yang dilakukan. Namun orang-orang yang tinggal dan bekerja di sana menciptakan keriuhan dan kemeriahan. Selain fasilitas praktis untuk kargo, ada fasilitas untuk mengakomodasi para pedagang, pelaut, dan saudagar. Hal ini berlaku saat ini seperti di masa lalu.
Penggalian dapat mengajarkan kita banyak hal tentang penggunaan dan kehidupan di pelabuhan di masa lalu. Setiap tahun, tim peneliti internasional dari seluruh dunia menyelidiki pelabuhan kuno di Mesir. Salah satunya adalah Berenike.
Pelabuhan Laut Merah Berenike digali sejak pertengahan tahun 90-an. Kini tim dari Universitas Delaware, Heidelberg, Leiden, dan Pusat Arkeologi Mediterania Polandia (PCMA) sedang melakukan penelitian.
Pelabuhan kuno seperti Berenike terhubung dengan baik ke sebagian besar dunia yang dikenal. Pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah pelabuhan kosmopolitan sejati dan beroperasi dalam jaringan yang luas. Hal ini diungkap dari hasil penggalian para arkeolog.
Pelabuhan kuno Berenike di pesisir Laur Merah
Berenike terletak di pesisir Laut Merah di Mesir Selatan. Lokasi ini dipilih karena teluknya yang terlindung secara alami. Ada Semenanjung Ras Benas yang melindungi pelabuhan dan kapal-kapal, serta menyediakan air yang tenang. “Berenike beroperasi selama sekitar 800 tahun, dari abad ke-3 SM hingga abad ke-6 M,” tulis Roderick C.A. Geerts di laman Port City Futures.
Selama beberapa abad sebelum masehi, pelabuhan ini menjadi pelabuhan yang menyediakan gajah-gajah yang sangat dibutuhkan oleh Ptolemeus. Gajah-gajah digunakan Ptolemeus untuk berperang. Ptolemeus adalah salah satu dinasti penguasa Mesir kuno).
Pelabuhan Berenike mengalami kemunduran selama abad pertama SM. Selama enam abad pertama Masehi, pelabuhan ini menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi. Wilayah Kekaisaran Romawi membentang di seluruh pesisir Mediterania dan sebagian besar wilayah Eropa Barat Laut. Pelabuhan Berenike dibangun kembali untuk meningkatkan perdagangan di cekungan Samudra Hindia. “Terutama untuk memperoleh rempah-rempah, seperti lada,” tambah Geerts.
Bukti perdagangan rempah-rempah berasal dari sumber-sumber kuno seperti Periplus Maris Erythraei dari pertengahan abad pertama Masehi. Selain itu juga, teks-teks di situs tersebut juga mengungkap perihal perdagangan rempah. Peneliti juga mengamati kapal-kapal asli berisi sisa-sisa rempah-rempah yang ditemukan di Berenike. Dengan komoditas-komoditas ini, banyak pedagang yang pergi ke Berenike.
Pedagang mana yang sering mengunjungi pelabuhan kuno tersebut hanya dapat diketahui dari apa yang ditemukan di situs itu sendiri. Bukti-bukti ini berkisar dari komoditas hingga barang-barang pribadi dan kegiatan yang mereka lakukan. Komoditas yang ditemukan di situs tersebut misalnya kapal pengangkut dari India dengan 7,55 kg lada hitam di dalamnya. Menurut sumber-sumber kuno, harga lada hitam relatif terjangkau.
Produk-produk botani eksotis lainnya, dan hewan-hewan telah ditemukan di situs tersebut. Kacang polong Abyssinia, kelapa, dan kacang hijau, beras adalah beberapa contohnya. Bejana dan peralatan memasak dari banyak negara telah digunakan di pelabuhan. Penemuan tersebut menunjukkan komunitas internasional tinggal di sana.
Baca Juga: Temuan Mosaik Kejadian Terbelahnya Laut Merah di Puing Sinagoga
Bukti lebih lanjut tentang kemungkinan penggunaan benda-benda eksotis oleh para pedagang ditemukan dari keberadaan teks dan prasasti di situs. Ada sebanyak 12 bahasa yang dibuktikan. Banyak dari bahasa-bahasa tersebut berasal dari cekungan Samudra Hindia. Beberapa teks ini dengan jelas menyebutkan bahwa para pedagang hadir di Berenike.
Salah satu prasasti menyebutkan pedagang Marcus Laelius Cosmus yang berasal dari masa pemerintahan Kaisar Tiberius (14-37 M). Cosmus terlibat dalam perdagangan rempah-rempah di Berenike dan Cekungan Samudra Hindia. Dia atau kerabatnya mungkin disebutkan dalam teks penyair Romawi Martial (sekitar 38-104 M). Hal ini menunjukkan keterlibatan langsung para pejabat tinggi dari ibu kota, Roma, dalam perdagangan rempah-rempah kuno.
Kuil Isis di Pelabuhan Kuno Berenike
Banyak prasasti lain juga ditemukan di Kuil Isis di pusat situs tersebut. Kuil Isis dan Serapis umumnya ditemukan di pelabuhan-pelabuhan di seluruh Kekaisaran Romawi. Contohnya diketahui dari Alexandria, Pompeii, dan Ostia, pelabuhan Roma. Dewa-dewa inilah yang didoakan untuk pelayaran yang aman di lautan. Para pelaut berjanji untuk mempersembahkan patung-patung setelah kembali dengan selamat.
Di kuil Isis Berenike ditemukan banyak persembahan yang terkait dengan perdagangan rempah-rempah dan perjalanan laut. Penggalian berlangsung sejak tahun 2015 dan difokuskan pada kuil. Penggalian tersebut mengungkap sebagian besar kuil beserta halamannya.
Halaman adalah satu-satunya bagian kuil yang tidak terbatas pada para pendeta. Halaman adalah tempat orang-orang memuja para dewa dengan persembahan berupa prasasti, patung, dan lainnya. Di sepanjang fasad kuil dan dinding halaman, banyak fragmen dari prasasti ditemukan. Keduanya memberikan banyak informasi tentang para pedagang yang hadir di Berenike, perdagangan, dan asal-usulnya.
Penghormatan ini sebagian besar dilakukan dalam bahasa Yunani; bahasa umum di bagian Kekaisaran Romawi ini. Akan tetapi, beberapa dibuat dalam bahasa lain oleh para pelancong dari luar negeri. Hal ini membuat karakter kosmopolitan Berenike lebih jelas. Para pedagang dari seluruh Cekungan Samudra Hindia sering mengunjungi situs tersebut untuk memperdagangkan komoditas mereka. Dan Kuil Isis digunakan oleh siapa pun yang ingin menerima berkat untuk kembali dengan selamat.
Semua temuan menunjukkan tingkat konektivitas yang terjadi dalam jaringan perdagangan Samudra Hindia. Bukan hanya orang-orang yang bepergian ke pelabuhan yang jauh, tetapi benda-benda dan komoditas tersebut menempuh perjalanan lebih jauh. Lada hitam dari India melewati Berenike dan berakhir di Belanda. Sementara amfora Italia berisi anggur berakhir di India dan beberapa permata menempuh perjalanan lebih jauh ke Thailand dan sekitarnya.
Penemuan pelabuhan kuno Berenike menunjukkan bahwa ada banyak informasi yang dapat ditemukan di bawah pasir gurun. Tanah gersang menyimpan banyak rahasia dan penemuan menakjubkan.
Banyak penemuan yang menanti dan penelitian arkeologi terus berlanjut di situs Berenike. Tujuan utama proyek ini adalah untuk memahami perdagangan Samudra Hindia dengan lebih baik. Serta mengungkap kehidupan di kota pelabuhan yang sibuk. Peneliti berusaha menempatkan situs dan temuannya dalam perspektif konektivitas yang lebih luas.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR