Nationalgeographic.co.id—Dalam politik lingkungan Mesoamerika, frasa la agua es vida, atau "air adalah kehidupan," memiliki makna yang sangat mendalam. Air dianggap sebagai sumber kehidupan, dan hal ini tercermin dalam budaya Aztec yang memberikan perhatian besar kepada unsur ini.
Dewa mereka yang terkait dengan air, Tlaloc, memiliki posisi yang sangat penting dalam kepercayaan mereka. Tlaloc adalah dewa hujan yang mendatangkan curah air yang melimpah, dan banyak kuil utama Aztec dibangun untuk menghormatinya.
Sebagai sosok yang memegang kendali atas hujan, kesuburan, dan bahkan guntur serta hujan es, Tlaloc dipuja oleh masyarakat agraris yang sangat bergantung pada kemurahan alam. Ia dianggap sebagai pelindung para petani, sosok yang memastikan keberlangsungan tanaman dan, pada akhirnya, kehidupan.
Maup van de Kerkhof dalam Tlaloc: The Rain God of the Aztecs sebagaimana dimuat laman History Cooperative mengungkap bahwa Tlaloc bukan hanya dewa yang memberi kehidupan; namun juga dikenal karena kekuatannya yang dapat membawa kehancuran. Dewa ini menguasai air surgawi, danau air tawar, serta elemen-elemen alam yang sangat kuat.
Legenda menggambarkannya sebagai penguasa Matahari Ketiga—sebuah era dunia yang didominasi oleh air—sementara umat manusia kini diyakini hidup dalam siklus Matahari Kelima. Kendati perannya dalam siklus kehidupan telah berubah, Tlaloc tetap dihormati dengan cara yang kadang mengerikan, seperti melalui pengorbanan manusia, sebagai wujud pengabdian dan permohonan.
Sebagai dewa hujan, Tlaloc adalah figur yang menentukan apakah masyarakat Aztec akan mendapatkan musim hujan yang dibutuhkan atau justru mengalami bencana. Ia memiliki kekuasaan besar, termasuk kemampuan untuk mendatangkan badai dan petir yang mematikan.
"Dengan kekuatan itu, Tlaloc adalah pemberi sekaligus perenggut kehidupan, sifat dualistik yang membuatnya disegani dan ditakuti," tulis Van de Kerkhof.
Pentingnya Tlaloc tidak hanya terbatas pada peradaban Aztec. Dewa ini telah dihormati jauh sebelum mereka, dengan akar penyembahan yang dapat ditelusuri hingga 800 tahun sebelum munculnya peradaban Aztec.
Bangsa Maya mengenalnya sebagai Chaac, sementara bangsa Zapotec menyebutnya Cocijo. Bukti menunjukkan bahwa penghormatan terhadap dewa air ini bahkan mendahului kedua budaya tersebut, menjadikan Tlaloc sebagai simbol keberlanjutan yang melintasi zaman dan peradaban.
"Dalam berbagai bentuk dan nama, Tlaloc tetap menjadi lambang kekuatan alam yang tak terbantahkan, dari masa lalu hingga kini," jelasnya.
Tlaloc, dewa hujan dalam mitologi Aztec, memiliki asal-usul yang berkaitan dengan sebuah surga mistis bernama Tamoanchan. Tempat ini diyakini sebagai sumber awal dari segala kehidupan, di mana para dewa berkumpul dalam sebuah pertemuan besar untuk menciptakan dunia.
Baca Juga: Kata-kata yang Menjembatani Dunia: Suatu Refleksi dari Hiromi Kawakami
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR