Kalender Romawi berantakan, lahirlah kalender Julian!
Karena ada masa dalam satu bulan yang tidak stabil, terkadang kalender bisa diutak-atik dewan agamawan dalam sejarah Romawi atas permintaan otoritas pemerintah.
Salah satu kasus adalah pada Perang Punisia Kedua (218–201 SM) yang berlangsung pada tanggal yang dianggap tidak pantas. Para penguasa Romawi ingin tanggalnya diubah supaya dapat meyakinkan diri menghadapi perang. Hal ini menyebabkan para pendeta ragu membuat perubahan tanggal dengan menafsirkan fenomena alam yang seharusnya sesuai dengan kalender.
Akibat kebiasaan mengotak-atik kalender, pemegang jabatan seperti senator, gubernur, dan diktator bisa punya masa jabatan yang lebih panjang atau pendek. Pejabat biasanya punya kewenangan untuk berkuasa setahun sekali setelah pemungutan suara. Namun, penanggalan ini sering dikacaukan demi menunda atau mempercepat masa jabatan.
Pernah dalam periode pelantikan konsul dalam sejarah Romawi dimulai pada Maret. Pada 153 SM, kondisi militer membuat Quintus Fulvius Nobilor yang semestinya dilantik pada tahun berikutnya tidak dapat memulai jabatannya. Sebagai solusi, pemerintah Kekaisaran Romawi periode Republik memutuskan 1 Januari sebagai awal tahun sipil yang baru pada 154 SM demi melantiknya.
Penanggalan yang penuh ketidakpastian akhirnya dikukuhkan oleh Julius Caesar dengan pemakeman tahun kabisat. Pada 63 SM, Julius Caesar terpilih sebagai konsul baru Romawi tetapi terhalang dengan kondisi kampanye Galia dan perang saudara.
Oleh karena itu, para agamawan mulai mendiskusikan agar penentuan kabisat kalender yang berdampak pada pelantikan Romawi yang baru.
Pada 46 SM, Caesar baru kembali dari Mesir. Dia dinyatakan sebagai diktator, yaitu pemimpin yang berwenang menjabat lebih dari satu periode. Caesar mempelajari perhitungan kalender solar yang diajarkan astronom Sosigenes dari Alexandria.
Singkatnya, Caesar mengoreksi hari-hari yang hilang dalam kalender lunar periode Republik. Satu hingga dua hari ditambahkan pada bulan-bulan yang sebelumnya kehilangan jumlah hari.
Januari, Sextilis (Agustus) dan Desember akhirnya memiliki 31 hari, kemudian April Juni, September, dan November punya 30 hari. Kemudian kalender menghasilkan 365 hari untuk empat musim yang hampir sama, tetapi Februari menjadi 28 hari.
Inilah yang kemudian dikenal sebagai kalender Julian yang diperkenalkan pada 1 Januari 45 SM, tepatnya pada bulan baru pertama setelah titik balik matahari musim dingin.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR