Nationalgeographic.co.id—Menggelitik mungkin tampak seperti tindakan yang tidak berbahaya dan menyenangkan. Akan tetapi, sebenarnya tindakan ini memiliki sejarah yang panjang dan rumit yang mencakup berbagai budaya dan era. Kemampuannya untuk melumpuhkan dan menyebabkan rasa tidak nyaman telah membuat orang terpesona selama berabad-abad. Dan beberapa budaya bahkan menggunakan “siksaan gelitik” sebagai bentuk hukuman.
Rezim yang kuat seperti Dinasti Han di Kekaisaran Tiongkok dan Nazi telah menggunakan gelitik sebagai metode penyiksaan. “Metode ini digunakan untuk menginterogasi, menganiaya, mempermalukan, atau mendominasi korbannya,” tulis Amber Morgan di laman All That’s Interesting.
Kekaisaran Romawi juga menggunakan metode gelitik sebagai hukuman. Terkadang bahkan kambing digunakan untuk menjilati garam dari kaki tahanan untuk menambah penderitaan korban.
Dan, bagi mereka yang mengalaminya, penyiksaan gelitik bukanlah hal yang lucu.
Hubungan menggelitik dengan kenikmatan dan rasa sakit
Siapa pun, terutama mereka yang tumbuh bersama saudara kandung, dapat memahami penderitaan akibat digelitik. Tindakan tersebut merangsang refleks yang biasanya melibatkan tawa dan gerakan menggeliat yang tidak terkendali.
Pada zaman dahulu, Aristoteles berpendapat bahwa sifat geli hanya dimiliki oleh manusia. Ia mengeklaim hal ini terjadi karena kulit kita yang sensitif dan kemampuan manusia untuk tertawa yang dianggap unik. Namun, percobaan selanjutnya dengan hewan, termasuk simpanse, tikus, dan bahkan ikan trout, membantah teori ini.
Efektivitas penyiksaan dengan gelitik dalam melumpuhkan korban dan membuat korbannya tidak nyaman terus membuat orang terpesona selama berabad-abad.
Selama Periode Modern Awal, gelitik menyajikan studi kasus yang menarik bagi para filsuf tentang hakikat kenikmatan dan rasa sakit. Filsuf Descartes mengeklaim bahwa tindakan menggelitik menyebabkan tubuh tereksitasi dengan cara yang sangat mirip dengan rasa sakit.
“Seseorang mengalami kenikmatan ketika objek-objek indra menghasilkan gerakan dalam saraf yang dapat membahayakan jika saraf tersebut tidak memiliki kekuatan untuk menahannya. Seperti yang terjadi ketika seseorang digelitik," ungkapnya.
Karena menggelitik menimbulkan respons rasa sakit, maka metode ini menjadi bagian dari metode penyiksaan yang paling dipercaya sepanjang sejarah.
Baca Juga: 'Lidah Kambing', Hukuman Menggelikan yang Perlahan Berubah Jadi Menyakitkan
Source | : | All Thats Interesting |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR