Pada saat Adad-nirari III beranjak dewasa (ia memerintah hingga 783 SM), Sammu-ramat membuat rakyatnya terkesan dengan kekuatan dan keteguhannya. Hal ini ditunjukkan oleh prasasti di Assur. Prasasti tersebut menempatkannya hampir setara dengan penguasa laki-laki dan didedikasikan untuk “Sammu-ramat, Ratu Shamshi-Adad, Raja Alam Semesta, Raja Asyur; Ibu Adad-nirari, Raja Alam Semesta, Raja Asyur.”
Baca Juga: Temuan Ruang Rahasia Ungkap Penggunaan Politik Lunak Kerajaan Asyur
Legenda dimulai
“Setelah kematian Sammu-ramat, namanya tampaknya bergema dari generasi ke generasi,” tambah Marcos Such Gutierrez di laman National Geographic. Dalam masyarakat dengan tradisi lisan yang kaya, sejumlah hiasan merayap ke dalam ceritanya. Pada abad ke-5 SM, sejarawan klasik besar Herodotus mengabadikan kenangan tentang ratu ini dengan menggunakan bentuk Yunani dari namanya: Semiramis. Dengan nama inilah dia paling dikenal saat ini.
Diodorus Siculus, seorang sarjana Yunani, adalah orang yang memperkuat sebagian besar legenda Semiramis. Karyanya yang kolosal dan semi-historis, Bibliotheke, memberikan narasi yang terperinci, meskipun agak fantastis, tentang ratu Asyur tersebut. Beberapa karya Diodorus Siculus didasarkan pada teks sebelumnya yang kini telah hilang, yang ditulis oleh Ctesias dari Cnidus. Ctesias adalah seorang dokter Yunani yang pernah bekerja di istana Persia pada abad ke-4 SM.
Menurut Diodorus, Semiramis lahir di Ashkelon (Israel modern), hasil perkawinan antara dewi Suriah Derceto dan seorang pemuda Suriah. Derceto adalah versi lokal dari dewi Fenisia Astarte dan Ishtar dari Babilonia. Karena malu dengan hubungan tersebut, sang dewi meninggalkan bayi perempuannya, yang pada awalnya dirawat oleh burung merpati. Kemudian, kepala gembala raja Asyur akhirnya mengadopsi anak itu dan memberinya nama Semiramis.
Semiramis tumbuh menjadi seorang wanita muda yang sangat cantik. Gubernur kerajaan provinsi Suriah, bernama Onnes, terpesona oleh kecantikannya. Onnes bertemu dengannya saat memeriksa kawanan ternak kerajaan. Onnes memperoleh persetujuan dari ayah angkatnya untuk menikahinya. Setelah pernikahan, ia membawa Semiramis bersamanya ke Niniwe. Kemudian, Onnes dikirim untuk mengepung Kota Bactra di Asia Tengah. Karena merindukan istrinya, ia meminta istrinya untuk ikut bersamanya di sana. Tidak hanya pergi ke tempat terpencil, Semiramis juga menyusun strategi jitu yang membuat kota yang terkepung itu menyerah.
Ketika mendengar soal prestasinya, Raja Asyur ingin bertemu dengan pahlawan wanita itu dan menyuruhnya untuk dibawa ke hadapannya. Menurut Diodorus Siculus, nama raja itu adalah Ninus (konon, Nineveh dinamai menurut namanya). Ninus jatuh cinta pada Semiramis pada pandangan pertama dan memerintahkan Onnes untuk menukar istrinya dengan salah satu putri Ninus. Onnes dengan berani menolak tetapi ia diancam oleh Raja Ninus hingga akhirnya bunuh diri. Semiramis yang sudah menjanda itu menikahi Ninus dan menjadi Ratu Asyur.
Dalam beberapa tahun setelah pernikahan itu, Raja Ninus meninggal. Pada titik ini, versi kehidupan ratu yang diceritakan Diodorus Siculus menyatu dengan versi sejarahnya. Semiramis mengambil alih pemerintahan, bertindak sebagai wali bagi putranya, yang masih kanak-kanak.
Seorang pembangun dan panglima
Menurut para sejarawan Yunani, proyek pembangunan ambisius ratu baru tersebut menuai kekaguman atas pemerintahannya. Bertekad untuk meniru agenda mendiang suaminya, ia dikatakan telah memerintahkan pembangunan kota baru di tepi Sungai Efrat—Babilonia.
Diodorus Siculus bahkan menyatakan bahwa Semiramis tidak hanya membangun kota tersebut tetapi juga fitur-fitur lainnya. Seperti istana kerajaan, kuil Marduk, dan tembok kota. Penulis Yunani-Romawi lainnya, termasuk Strabo, mengeklaim bahwa Semiramis berada di balik taman gantung Babilonia yang menakjubkan, salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno. Namun bukti sejarah sama sekali tidak mendukung klaim mereka.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR