Diodorus Siculus menceritakan bagaimana, setelah pembangunan Babilonia, Semiramis melancarkan beberapa serangan militer. “Pertempuran itu dilakukan untuk meredam pemberontakan di Persia di timur dan di Libya di Afrika Utara,” tambah Gutierrez. Kemudian, Semiramis mengorganisasi serangan yang paling terkenal dan sulit dari semuanya: invasi ke India. Namun, meskipun telah direncanakan dengan matang, invasi tersebut berakhir dengan bencana, dan sang ratu terluka.
Selama invasinya di Afrika, Semiramis singgah di Mesir dan berkonsultasi dengan peramal dewa Amun. Peramal itu bernubuat bahwa putranya, Ninias, akan bersekongkol melawannya dan membunuhnya. Setelah penaklukan yang gagal di India, ramalan tersebut menjadi kenyataan. Menurut Diodorus, putra Semiramis, Ninias, berencana melawannya untuk merebut takhta. Namun dalam kisah hidupnya ini, ia dengan bijak memutuskan untuk tidak melawan putranya. Sebaliknya, ia menyerahkan kekuasaan kepadanya dengan damai.
Sejarah lain memberikan akhir yang berbeda. Penulis Romawi abad pertama Masehi, Gaius Julius Hyginus, menceritakan bahwa ratu legendaris tersebut bunuh diri. Ia dikisahkan melemparkan dirinya ke api unggun yang menyala-nyala. Sejarawan Romawi abad ke-3, Justin, mengeklaim bahwa Semiramis memang dibunuh oleh putranya.
Legenda Semiramis menyajikan paralel yang jelas dengan mitos-mitos kuno lainnya dari zaman dahulu. Asal-usulnya yang ilahi menggemakan asal-usul para pahlawan seperti Hercules. Pengabaiannya saat masih bayi mengingatkan pada kisah yang diceritakan tentang masa bayi Raja Sargon dari Akkad. Konsultasi Semiramis dengan Amun dan upayanya untuk menyerang India, keduanya merupakan tindakan yang dilakukan oleh Aleksander Agung.
Prestasi sipil sang ratu dipuji setara dengan kecantikannya. Yang menonjol adalah bagaimana wanita dan mitos tersebut dirayakan atas hal-hal yang secara tradisional dikaitkan dengan penguasa laki-laki. Ia mencetak kemenangan militer, membangun keajaiban arsitektur, dan memerintah dengan bijaksana.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR