Siprus memainkan peran penting dalam menyebarkan mitos Adonis dan Astarte dari wilayah Kanaan ke Yunani, dan selanjutnya ke Romawi.
Namun, karena terbatasnya sumber tertulis dari Mesopotamia dan Kanaan tentang legenda ini, tulisan-tulisan Yunani yang lebih baru menjadi rujukan utama kisah cinta abadi ini. Akibatnya, mitos ini lebih dikenal sebagai kisah Adonis dan Aphrodite daripada Adon dan Astarte.
Adonis dalam Mitologi Yunani
Berdasarkan berbagai sumber Yunani (seperti Bion dari Smyrna) dan referensi Romawi lainnya (seperti Metamorphoses karya Ovid), kisah Adonis dan Aphrodite secara umum dapat dirangkum sebagai berikut:
Seorang raja besar bernama Cinyras (dalam beberapa sumber disebut Theias, raja Asyur) memiliki seorang putri bernama Myrrha yang sangat cantik.
Sang raja sering membanggakan kecantikan putrinya, bahkan mengklaim bahwa Myrrha lebih cantik daripada Aphrodite, dewi cinta dan kecantikan.
Ketika Aphrodite mendengar klaim tersebut, ia marah dan memutuskan untuk membalas dendam. Ia meminta putranya, Eros, dewa hasrat dan nafsu untuk membuat Myrrha jatuh cinta pada ayahnya sendiri. Dalam tipu daya ini, Myrrha bahkan berhasil menipu Cinyras hingga terjadi hubungan inses.
Ketika Cinyras menyadari bahwa ia telah diperdaya, ia bersumpah akan membunuh Myrrha. Dalam ketakutan dan penyesalan atas perbuatannya, Myrrha melarikan diri dan memohon perlindungan kepada para dewa. Para dewa mengabulkan permohonannya dengan mengubah Myrrha menjadi pohon Myrrh.
Sembilan bulan kemudian, pohon Myrrh tersebut retak dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Adonis. Anak ini memiliki keindahan yang luar biasa, warisan dari ibunya.
Ketika Aphrodite melihat bayi tersebut, ia sangat terpesona oleh keindahannya sehingga memutuskan untuk menyembunyikan Adonis dari pandangan para dewi lainnya. Ia lalu menitipkannya kepada Persephone, dewi dunia bawah, untuk dirawat.
Baca Juga: Aphrodite dan Adonis, Kisah Cinta Berakhir Tragis di Mitologi Yunani
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR