Ketika Adonis tumbuh dewasa, kecantikannya semakin memikat. Persephone, yang sebelumnya hanya menjadi pengasuhnya, jatuh cinta pada Adonis.
Hal ini menimbulkan perselisihan antara Aphrodite dan Persephone, yang sama-sama ingin memiliki Adonis. Zeus, raja para dewa, turun tangan untuk menyelesaikan konflik ini.
Ia memutuskan bahwa Adonis harus menghabiskan empat bulan setiap tahun bersama Persephone di dunia bawah, empat bulan bersama Aphrodite, dan empat bulan sisanya sesuai pilihannya.
Karena Adonis sangat terpesona oleh daya tarik Aphrodite, ia memilih untuk menghabiskan waktu luangnya bersama sang dewi cinta.
Adonis dikenal sebagai pemburu ulung. Namun, dalam salah satu perjalanan berburu di Hutan Afqa (dekat Byblos), ia diserang oleh seekor babi hutan.
Ia terluka parah dan akhirnya meninggal di tangan Aphrodite, yang mencoba menyelamatkannya dengan menuangkan nektar magisnya ke luka-luka Adonis.
Darah Adonis bercampur dengan nektar tersebut dan mengalir ke tanah, menghasilkan bunga Anemone yang memiliki aroma seperti nektar Aphrodite dan warna merah yang menyerupai darah Adonis.
Darahnya juga mengalir ke sungai, mewarnai airnya menjadi merah. Sungai ini kemudian dikenal sebagai "Sungai Adonis" (kini disebut Nahr Ibrahim atau Sungai Abraham), yang terletak di desa Afqa, Lebanon.
Kisah ini tidak hanya menyoroti kecantikan luar biasa Adonis, tetapi juga menggambarkan tema cinta, pengorbanan, dan siklus hidup serta kematian yang berulang.
Penyembahan Adonis
Kisah Adonis dan kekasihnya, Aphrodite, begitu populer sehingga menginspirasi kebangkitan ritual-ritual serupa di banyak kota Fenisia.
Baca Juga: Adonis, Pria Diperebutkan Para Dewi Yunani dari Cinta Berujung Maut
Kisah ini juga menyebar ke dunia Yunani kuno, Helenistik, dan Romawi, meskipun mengalami penyesuaian kecil berdasarkan karakteristik budaya masing-masing peradaban. Namun, esensi utama dari legenda ini tetap sama di setiap versinya.
Kisahnya adalah tentang seorang dewa keindahan dan awet mudah serta hubungannya dengan dewi cinta. Serta kematian dan kebangkitannya kembali sebagai simbol kelahiran kembali alam setiap tahun.
Mitos Adonis memiliki hubungan erat dengan konsep vegetasi dan peradaban agraris, seperti di Mesopotamia atau wilayah Kanaan, tempat asal kisah ini di Timur Dekat.
Musim dingin dianggap sebagai masa kesedihan dan kegelapan, sedangkan musim semi dan musim panas membawa kebahagiaan dan harapan kehidupan baru. Mitos ini diyakini mencerminkan pemikiran, refleksi, dan persepsi psikologis masyarakat pada masa itu.
Jejak penyembahan Adonis masih terlihat hingga kini di beberapa wilayah Levant, Mesopotamia, dan bahkan Persia/Iran. Tradisi ini diwujudkan dalam perayaan folklor musim semi, seperti Perayaan Nowruz, yang melambangkan kehidupan baru dan kebangkitan alam.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR