Program makan gratis di India ini, yang umumnya dikenal sebagai Skema MDM, diluncurkan pada tahun 1995, tetapi berakar di Chennai sejak tahun 1925.
Sebagai skema yang disponsori secara terpusat yang dijalankan oleh Pemerintah India, skema ini menyediakan makanan yang dimasak dan bergizi dengan minimal 300 kalori untuk anak-anak sekolah dasar dan menengah.
Skema ini sejauh ini merupakan program gizi terbesar di dunia. Menjalankannya dalam skala seperti itu, dengan mempertimbangkan jumlah besar makanan, bahan bakar, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk memasok lebih dari satu juta sekolah, merupakan kisah sukses tersendiri.
"Semua anak dalam delapan tahun pertama pendidikan sekolah negeri diberikan makanan gratis. Sumber nutrisi tambahan yang rutin bagi anak-anak ini telah meningkatkan status gizi anak-anak tersebut," jelas Raghuvanshi.
Ada anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi miskin yang bahkan tidak akan menerima makanan sehari jika bukan karena skema ini. Penelitian telah menunjukkan penurunan infeksi kulit dan anemia, dan peningkatan yang nyata dalam indeks massa tubuh sebagai hasilnya.
Selain memerangi kekurangan gizi, program ini telah mendorong kehadiran di sekolah, memastikan bahwa apa yang diberikan kepada anak-anak memiliki efek langsung pada kemampuan belajar mereka, karena mereka dapat berkonsentrasi lebih baik.
Banyak penelitian telah menunjukkan korelasi langsung antara program makan siang dan peningkatan pendaftaran siswa, kehadiran, rentang perhatian, dan nilai ujian.
Makanan juga memberikan kesempatan dalam pendidikan kesehatan. Anak-anak diajarkan tentang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan tentang pentingnya air bersih dan kebersihan yang baik.
Kesetaraan sosial juga dipromosikan karena anak-anak dari berbagai latar belakang sosial semuanya menerima dan berbagi makanan bersama. Oleh karena itu, skema ini dapat membantu menghilangkan hambatan kasta dan kelas di antara anak-anak sekolah.
Hal ini juga relevan dalam hal kesetaraan gender, karena makanan tersebut membantu menghilangkan hambatan yang mencegah anak perempuan bersekolah dengan menyediakan makanan yang sama bagi semua anak.
"Praktik pekerja anak juga dapat diminimalkan jika anak-anak datang ke sekolah secara teratur. Hal ini saja memungkinkan sejumlah besar ketidaksetaraan untuk diatasi," tegas Raghuvanshi.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR