Nationalgeographic.co.id—Perairan laut di sekitar Indonesia merupakan rumah bagi lebih dari 30 spesies cetacea. Cetacea—mamalia laut yang meliputi lumba-lumba, pesut, dan paus—sangat penting bagi ekologi pesisir.
Kehadiran cetacea mendorong penyerapan karbon, daur ulang dan redistribusi nutrisi, serta pengendalian spesies mangsa tertentu. Selain itu, mereka berfungsi sebagai bioindikator kesehatan laut secara keseluruhan.
Setidaknya tiga spesies cetacea—paus Bryde (Balaenoptera edeni), lumba-lumba bungkuk Australia (Sousa sahulensis), dan lumba-lumba hidung botol Pasifik (Tursiops aduncus)—diketahui memiliki kehadiran yang teratur di wilayah Kaimana, Papua Barat, Indonesia.
Pada Lokakarya Laut Timur Laut Hindia dan Laut Asia Tenggara 2018, yang dipelopori oleh Gugus Tugas Kawasan Konservasi Mamalia Laut, Kaimana ditetapkan sebagai Kawasan Mamalia Laut Penting (IMMA). Namun hingga saat ini, rincian tentang populasi cetacea di kawasan tersebut masih langka.
Kini, sebuah tim yang terdiri atas para peneliti independen, bersama dengan penyelidik dari beberapa program konservasi dan penelitian di Indonesia dan Selandia Baru, telah melakukan survei di Kaimana dan mengidentifikasi total lima spesies cetacea, beserta data tentang ukuran populasi dan perilaku makan masing-masing spesies tersebut.
Hasi penelitian mereka telah dipublikasikan dalam makalah studi berjudul "Insights into cetacean sightings, abundance, and feeding associations: observations from the boat lift net fishery in the Kaimana important marine mammal area, Indonesia". Makalah tersebut telah terbit di jurnal Frontiers in Marine Science pada Januari 2025.
Kaimana dan peran konservasinya
Gugus Tugas Kawasan Konservasi Mamalia Laut—yang bermitra dengan Komisi Dunia IUCN untuk Kawasan Konservasi, Komisi Kelangsungan Hidup Spesies IUCN, dan Inisiatif Keanekaragaman Hayati Laut Global, antara lain—telah menetapkan definisi untuk IMMA dan kriteria untuk mengkualifikasi dan mendukung spesies dan wilayah geografis yang terkait.
Ini termasuk spesifikasi tentang kerentanan spesies/populasi; distribusi dan kelimpahan spesies penghuni; aktivitas siklus hidup utama termasuk makan, migrasi, dan reproduksi; dan atribut khusus spesies penghuni termasuk keunikan dan keanekaragaman.
Makalah baru tersebut mencatat, "Pada saat usulannya, IMMA Kaimana hanya diakui sebagai habitat penting untuk lokasi agregasi dan area makan lumba-lumba bungkuk Australia yang 'Rentan' (Sousa sahulensis), lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik yang 'Hampir Terancam' (Tursiops aduncus), dan paus Bryde yang 'Paling Tidak Peduli' (Balaenoptera edeni)."
"Selain itu, IMMA Kaimana juga merupakan rumah bagi dugong yang 'Rentan' (Dugong dugon), meskipun masih belum jelas mengenai bagaimana spesies ini memanfaatkan area tersebut untuk aktivitas siklus hidupnya yang utama," tulis para peneliti dalam makalah studi itu.
Baca Juga: Sisi Gelap Pertambangan Nikel di Sulawesi: Dampaknya pada Hutan dan Masyarakat
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR