Nationalgeographic.co.id—Mumifikasi atau praktik mengawetkan tubuh orang yang sudah mati telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Berkat adanya mumifikasi, dunia kini dapat menelusuri sejarah kehidupan dan peradaban masa lalu dari mumi-mumi yang ditemukan.
Beberapa mumi yang terkenal yang banyak diteliti yakni Firaun Tutankhamun, Firaun Ramses II, mumi Xin Zhui atau dikenal sebagai Lady Dai, dan mumi-mumi lainnya.
Anda mungkin bertanya-tanya, bagaimana bau mumi yang telah berusia ribuan tahun tersebut. Apakah berbau busuk atau malah sebaliknya?
Di luar dugaan, ternyata mumi Mesir kuno berbau sedap, yang telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah.
Melansir IFL Science, berkat pembalsaman yang dilakukan pada mumi-mumi tersebut, tubuh mumi yang mengeriput itu masih menyimpan banyak bau menyenangkan. Bau sedap itu berasal dari minyak aromatik dan lilin yang awalnya digunakan untuk merawat mumi tersebut.Bahkan, tim pencium terlatih menggambarkan bau sedap tersebut sebagai 'sangat menyenangkan'.
Profesor Matija Strlič, penulis utama penelitian, mengatakan bahwa bau tubuh mumi telah menarik minat para ahli dan masyarakat umum selama bertahun-tahun. Namun, belum ada studi ilmiah gabungan antara kimia dan persepsi yang dilakukan hingga saat ini.
Bersama dengan tim ahli penciuman, Strlič kini telah menganalisis bau sembilan mumi yang disimpan di Museum Mesir di Kairo. Mumi yang tertua di antaranya berasal dari era Kerajaan Baru, yang dimulai pada tahun 1539 SM.
Strlič menambahkan bahwa penelitian ini benar-benar membantu tim dalam merencanakan konservasi dengan lebih baik dan memahami bahan pembalseman kuno yang digunakan pada mumi-mumi tersebut.
Berdasarkan laporan para pencium bau, 78 persen sampel memiliki aroma 'kayu', sementara 67 persen dideskripsikan sebagai 'pedas' dan 56 persen berbau 'manis'.
Hanya sepertiga mumi yang ditemukan mengeluarkan bau yang tidak sedap seperti 'basi' atau 'tengik', dengan proporsi yang sama mengeluarkan bau 'seperti dupa'.
Baca Juga: Saat Sains Membongkar Misteri Danau-danau Paling 'Menyeramkan' di Dunia
Para peneliti juga memanfaatkan 'hidung' elektronik untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang jenis senyawa volatil apa saja yang dikeluarkan dari mumi kuno.
Hal ini mengungkap keberadaan terpenoid seperti pinene, limonene, dan verbenone. Semuanya kemungkinan berasal dari minyak, resin, dan lilin yang digunakan dapam proses mumifikasi.
Para peneliti menjelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut menunjukkan penggunaan getah pohon cedar atau pinus, getah damar seperti mur dan kemenyan, dan tanaman lain seperti timi, lavender, dan eukaliptus. Sementara itu, keberadaan borneol dalam aromanya mungkin berasal dari penggunaan kamper.
Dengan menggunakan kromatografi gas dan spektrometri massa, penulis studi dapat memisahkan senyawa aromatik menjadi senyawa yang dihasilkan oleh bahan mumifikasi serta senyawa yang muncul dari minyak nabati dan pestisida yang ditambahkan selama upaya konservasi modern dan senyawa yang dikeluarkan oleh jamur dan mikroba lainnya.
Secara keseluruhan, mereka menemukan bahwa mumi yang dipajang cenderung memiliki bau yang lebih kuat dan lebih kompleks daripada yang disimpan. Kemungkinan besar hal itu karena akumulasi zat volatil di kotak pajangan.
Berdasarkan temuan ini, para peneliti menyarankan bahwa 'warisan penciuman' mumi Mesir kuno harus dianggap sebagai komponen penting dari nilai budaya, sejarah, dan arkeologi mereka.
Baca Juga: Mengungkap Asal-usul Keju yang Dikalungkan pada Mumi Tarim Basin
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR