Beberapa ahli percaya bahwa keinginan untuk variasi ini adalah bentuk adaptasi evolusioner yang memungkinkan manusia mendapatkan beragam nutrisi penting, seperti vitamin dan protein, dari berbagai sumber makanan.
"Dalam jangka panjang, kita membutuhkan campuran nutrisi yang baik," kata Barbara Rolls, direktur Laboratorium Studi Perilaku Makan Manusia di Penn State, kepada Live Science.
"Tetapi di era modern, ketika kita memiliki banyak pilihan makanan berkalori tinggi dalam porsi besar, variasi justru mendorong konsumsi berlebih dan dapat berkontribusi pada obesitas," terangnya.
Selain itu, ketika seseorang mengonsumsi makanan penutup yang manis, otak melepaskan dopamin—zat kimia yang berhubungan dengan perasaan senang dan kepuasan.
Jika makan makanan penutup menjadi kebiasaan harian, "pelepasan dopamin bergeser dari setelah makan menjadi saat mengantisipasi makanan," jelas Epstein. Inilah yang menciptakan keinginan kuat terhadap makanan tertentu, sehingga seseorang lebih mungkin untuk tetap menyantap hidangan penutup meskipun sudah kenyang.
Jika Anda ingin mengurangi kebiasaan makan makanan manis setelah makan malam, Rolls menyarankan untuk memanfaatkan mekanisme sensory-specific satiety dengan cara yang lebih sehat. Misalnya, selalu menyediakan buah-buahan sebagai alternatif makanan penutup, sehingga variasi tetap ada tetapi dalam bentuk yang lebih bergizi.
"Apa yang perlu Anda lakukan adalah menyediakan berbagai pilihan makanan sehat, rendah kalori, dan kaya nutrisi yang Anda sukai, sehingga ketika ingin ngemil, Anda memiliki opsi yang lebih baik," kata Rolls.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR