Nationalgeographic.co.id—Umumnya, telur ayam memiliki ukuran yang pas di telapak tangan manusia, sebuah gambaran yang familiar bagi kita semua.
Namun, bayangkan sebuah temuan yang luar biasa, sebuah spesimen fosil langka yang menjadi koleksi sejarah National Geographic, yang ukurannya sungguh mencengangkan, lebih dari 100 kali lipat ukuran telur ayam biasa.
Telur fosil yang menakjubkan ini memiliki panjang yang terukur lebih dari 30 sentimeter dan diameter sekitar 26 sentimeter.
Keutuhan telur ini mengungkapkan asalnya dari burung gajah (Aepyornis maximus), spesies burung herbivora yang tidak dapat terbang dan merupakan fauna endemik pulau Madagaskar.
Burung-burung raksasa ini sayangnya telah punah setidaknya sejak abad ke-17, meninggalkan kita dengan sisa-sisa fosil yang mengagumkan ini sebagai pengingat akan keberadaan mereka.
Para peneliti modern meyakini bahwa meskipun burung gajah ini mungkin memiliki kemiripan dengan burung unta raksasa dalam hal ukuran dan penampilan fisik, mereka sebenarnya memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan kiwi, spesies ratite yang jauh lebih kecil.
Dengan ukuran tubuh yang sedemikian besar, kaki-kaki burung gajah berevolusi menjadi sangat tebal dan kuat, sebuah adaptasi penting untuk menopang beban tubuh yang luar biasa berat.
Bayangkan saja, burung gajah dewasa dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian sekitar 3 meter, menjulang tinggi di atas lanskap Madagaskar, dan berat tubuh mereka dapat melebihi 450 kilogram, sebuah massa yang sungguh dahsyat.
Sejarah evolusi garis keturunan burung gajah dapat ditelusuri hingga sekitar 50 juta tahun yang lalu, periode waktu yang sangat panjang dalam sejarah bumi. Namun, sayangnya, populasi mereka mengalami penurunan yang drastis seiring dengan kedatangan manusia di pulau Madagaskar.
Pertanyaan besar yang muncul adalah, apa sebenarnya yang menyebabkan kepunahan burung-burung raksasa ini?
Baca Juga: Lewat Telur Purba, Peneliti Ungkap Besarnya Peran Ayam dalam Peradaban
Gifford Miller, seorang ahli geologi terkemuka dari Universitas Colorado Boulder, telah melakukan penelitian mendalam terhadap cangkang telur Aepyornis.
Berdasarkan penelitiannya, Miller berpendapat bahwa perburuan oleh manusia kemungkinan besar menjadi penyebab utama kepunahan burung gajah. Bahkan, praktik perburuan ini mungkin telah terjadi sebelum burung-burung tersebut sempat menetas dari telurnya.
Miller menduga bahwa telur-telur burung gajah, meskipun berukuran raksasa, kemungkinan besar cukup kuat dan tangguh untuk dibawa oleh manusia dari sarangnya.
Bukti lebih lanjut mengenai ketangguhan telur burung gajah terungkap melalui penemuan yang luar biasa. Dua telur burung gajah yang masih utuh ditemukan terdampar di pantai-pantai di Australia Barat.
Temuan ini sangat mengejutkan karena menunjukkan bahwa telur-telur tersebut tampaknya mampu mengapung di lautan dalam jarak yang sangat jauh, diperkirakan mencapai 6.400 kilometer, melintasi Samudra Hindia.
Bagi manusia purba, mencuri telur-telur burung gajah dari sarangnya tentu akan menjadi tugas yang jauh lebih mudah dan aman dibandingkan dengan upaya untuk menaklukkan burung dewasa yang beratnya bisa mencapai setengah ton.
Sebagaimana yang dengan getir dicatat oleh Miller, dalam konteks menjaga kelangsungan hidup spesies kita, "kita sangat efisien," bahkan efisien dalam menyebabkan kepunahan spesies lain.
KOMENTAR