Pola makan vegetarian juga sering menurunkan gula darah, sehingga mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2.
Penelitian lain yang dilakukan pada para vegetarian menunjukkan adanya penurunan kadar kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL). LDL merupakan kolesterol “jahat” yang banyak terdapat pada daging dan produk susu yang menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Sebuah penelitian terhadap 11 pasang saudara kembar dipimpin oleh Landry dan rekan-rekannya di Universitas Stanford.
Peneliti menemukan bahwa mereka yang mengikuti pola makan vegan mengalami penurunan kolesterol LDL ke kadar optimal di bawah 100 miligram per desiliter setelah 4 minggu. Meskipun para peserta memulai dengan tingkat yang relatif sehat, penurunannya masih nyata.
Perubahan pada usus
Beralih ke pola makan nabati tidak hanya mengubah apa yang ada di piring Anda. Tapi juga dapat mengubah ekosistem bakteri yang hidup di usus Anda.
Vegetarian baru cenderung mengembangkan lebih banyak bakteri yang mengkhususkan diri dalam memotong serat dalam makanan nabati. Dan lebih sedikit bakteri yang menargetkan daging, jelas Veronica Witte, seorang ahli saraf di Institut Max Planck Jerman.
Sebuah studi tahun 2014 menggunakan sampel tinja untuk menganalisis bakteri usus orang-orang yang beralih ke pola makan nabati. “Susunan bakteri usus mereka berubah, bahkan setelah beberapa hari," kata Witte. Studi tersebut bertajuk Diet rapidly and reproducibly alters the human gut microbiome.
Meskipun dampak pastinya tidak konsisten di berbagai penelitian, beberapa perubahan mungkin bermanfaat. Data awal dari studi saudara kembar Stanford menemukan bahwa Bilophila wadsworthia menurun pada saudara kembar yang menjadi vegan. Bilophila wadsworthia adalah bakteri usus yang memecah protein tertentu dalam produk hewani dan telah dikaitkan dengan peradangan pemicu penyakit.
“Tampaknya, B. wadsworthia bisa sangat bermasalah jika ada dalam mikrobiota usus Anda dalam jumlah banyak. Dan salah satu cara untuk membantu menyingkirkan mikroba ini adalah dengan beralih ke pola makan vegan,” kata rekan penulis Matthew Carter, seorang ahli mikrobiologi di Stanford.
Para ilmuwan juga menyelidiki manfaat potensial dari bakteri pemfermentasi serat dan kemungkinan efek berbahaya dari bakteri pengolah daging. Sementara itu, Witte sedang menyelidiki apakah perubahan pada bakteri usus dapat memengaruhi otak dan memengaruhi keinginan makan. Namun, ia memperingatkan, kita memerlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian lebih lanjut bisa benar-benar menunjukkan bahwa proses ini berperan.
Baca Juga: Sains Ungkap Hubungan antara Pola Makan dan Kesehatan Mental
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR