Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences dengan tajuk Ancient genomes reveal trans-Eurasian connections between the European Huns and the Xiongnu Empire.
Koneksi Lintas Padang Rumput dan Warisan Genetik Campuran
Tautan ini menunjukkan bahwa sebagian orang Hun di Eropa dapat melacak garis keturunannya ke permakaman Xiongnu akhir yang penting dari stepa Mongolia. Namun gambaran genetik untuk sebagian besar individu periode Hun dan pasca-Hun di Cekungan Carpathian jauh lebih bervariasi.
“DNA dan bukti arkeologi mengungkap adanya hubungan keturunan yang rumit. Hal ini menunjukkan adanya proses mobilitas dan interaksi yang kompleks, bukan migrasi massal,” ungkap salah satu penulis utama studi Zsófia Rácz dari Universitas Eötvös Loránd.
Hubungan ini mengonfirmasi keberadaan beberapa keturunan langsung elite Xiongnu. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa populasi kekaisaran Hun di Eropa secara genetik sangat heterogen.
Kesimpulan penting lainnya dari penelitian ini adalah bahwa permakaman “tipe timur” abad kelima dari Eropa Tengah sangat beragam baik dalam warisan budaya maupun genetiknya.
Penemuan ini juga menggarisbawahi bahwa kedatangan bangsa Hun di Eropa kontras dengan kedatangan bangsa Avar dua abad kemudian.
“Suku Avar datang langsung ke Eropa setelah kekaisaran Asia Timur mereka dihancurkan oleh bangsa Turki. Dan banyak keturunan mereka masih memiliki garis keturunan Asia Timur hingga akhir kekuasaan mereka pada sekitar tahun 800,” jelas penulis korespondensi Walter Pohl dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria.
Nenek moyang bangsa Hun di bawah Attila membawa banyak generasi dalam perjalanan mereka ke arah barat dan berbaur dengan penduduk di seluruh Eurasia.
Setelah bangsa Hun membangun kekaisarannya, mereka mulai mengancam kerajaan-kerajaan tetangga, termasuk bangsa Romawi. Petualangan militer inilah—dan keberhasilannya—yang membuat bangsa Hun tampak seolah-olah muncul entah dari mana.
Kenyataannya, seperti yang ditunjukkan oleh studi genetika baru, migrasi mereka ke barat dilakukan secara diam-diam selama berabad-abad. Mereka menyatu dengan penduduk lokal sebelum akhirnya (dalam banyak kasus) menaklukkan mereka di bawah Attila sang Hun.
Baca Juga: Te Moana-nui-a-Kiwa, Kawasan 'Blue Carbon' Terbesar Dunia yang Dijaga Suku Maori
Perdebatan Sengit Peneliti tentang Benarkah Orang-Orang di Zona Biru Hidup Lebih Lama
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR