Nationalgeographic.co.id—Pada Senin (17/3/2025) malam, Gunung Lewotobi Laki-laki yang terletak di Kabupaten Flores Timur, NTT kembali mengalami erupsi yang disertai lontaran abu vulkanik yang mencapai ketinggian ribuan meter.
Erupsi pertama tercatat terjadi pada pukul 20.47 Wita dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.200 meter di atas puncak gunung yang memiliki ketinggian 2.784 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu yang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal, bergerak ke arah utara dan timur laut. Erupsi ini juga terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum mencapai 10.5 mm.
Meletusnya suatu gunung berapi banyak membawa dampak yang merugikan, namun di sisi lainnya, letusan gunung berapi juga dapat dimanfaatkan untuk hal yang baik, dari sisi sains misalnya.
Saat Gunung Agung di Bali meletus, para peneliti dan ilmuwan NASA sempat mendiskusikan upaya untuk memanfaatkan peristiwa langka tersebut, yang mereka sebut berpotensi menyelamatkan dunia dari perubahan iklim.
Melansir New York Post, NASA berharap dapat memanfaatkan letusan gunung berapi Gunung Agung untuk mempelajari dampaknya terhadap Bumi.
Dengan melacak letusan Gunung Agung, mereka berharap akan dapat mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer dapat digunakan untuk melawan perubahan iklim.
Setelah Gunung Agung meletus pada akhir November 2017, gunung tersebut terus menerus mengeluarkan uap dan gas ke atmosfer.
Hal ini cukup umum. Namun, beberapa gunung berapi sangat kuat sehingga dapat menyebabkan "musim dingin vulkanik" yang berlangsung dalam waktu dekat hingga jauh setelah meletus.
Pada tahun 1815, letusan Gunung Tambora menjadi letusan gunung berapi terbesar yang pernah tercatat. Letusan ini menyebabkan "Tahun Tanpa Musim Panas" yang menyebabkan salju menyebar ke Albany, New York, pada bulan Juni tahun berikutnya. Letusan ini menghancurkan tanaman pangan, hingga membuat orang-orang kelaparan.
Bagi para peneliti, Gunung Agung bisa menjadi kesempatan mereka untuk mengetahui bagaimana gunung berapi mempengaruhi iklim seperti yang terjadi pada Gunung Tambora.
Baca Juga: Petaka Cairnya Es Antarktika, Bakal Picu 100 Gunung Berapi Meletus?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR