Mia menyarankan untuk meresponsnya dengan kalimat yang diplomatis namun tetap menjaga batas pribadi, seperti: “Masih dalam proses. Mohon doanya, ya.”
“Jawaban seperti ini cukup untuk menjaga kenyamanan tanpa perlu menjelaskan terlalu banyak,” jelasnya.
Jika perasaan tertekan atau kelelahan emosional muncul, Mia mengingatkan agar tidak mengabaikan emosi tersebut. “Tidak apa-apa merasa lelah di tengah suasana yang bahagia. Validasi perasaan itu penting,” ujarnya.
“Carilah cara sederhana untuk menenangkan diri—seperti berjalan-jalan sebentar, berwudu, atau mengambil waktu untuk beribadah dengan khusyuk,” tegas Mia.
Bagi mereka yang merayakan Lebaran seorang diri, Mia menyampaikan bahwa rasa kesepian akan lebih terasa, terutama ketika melihat orang lain berkumpul dan merayakan dengan keluarga besar.
“Tidak apa-apa jika muncul perasaan sedih atau hampa. Merasa sendiri di momen seperti ini adalah hal yang wajar,” ujarnya.
Mia menyarankan agar individu tetap berupaya menjaga koneksi emosional, meskipun secara fisik tidak bersama orang terdekat. “Hubungi orang yang disayangi, lakukan panggilan video meski hanya sebentar, yang terpenting, jangan memendam semuanya sendirian.”
Menurutnya, langkah-langkah sederhana seperti ini dapat membantu seseorang tetap merasa terhubung dan mengurangi rasa kesepian di tengah perayaan.
Sebagai penutup, Mia menyampaikan bahwa Lebaran bukanlah ajang perlombaan untuk terlihat paling bahagia atau paling sukses. “Kita tidak harus selalu kuat, dan tidak perlu merasa harus sempurna. Memberi ruang untuk diri sendiri justru merupakan bentuk kekuatan emosional yang matang."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR