Pertemuan antropolog India dengan Suku Sentinel tanpa insiden
Salah satu anggota timnya sempat bertemu dengan seorang anggota suku Sentinel. Pertemuan dan seluruh jam yang dihabiskan di pulau itu berlalu tanpa insiden.
Namun, selama kunjungan berikutnya, ada perlawanan dari anggota suku. Sebelum perahu mereka bisa mencapai pantai, Suku Sentinel menghadapi mereka dengan gerakan bermusuhan, busur, dan anak panah.
Jadi, tim-tim ini memutuskan untuk menjaga jarak yang aman. Mereka pun menyusun strategi untuk meletakkan hadiah seperti kelapa dan perkakas sebelum mereka mencapai pantai dan kemudian kembali.
Suku Sentinel menerima hadiah dari antropolog dan timnya
Pandit bercerita tentang bagaimana untuk pertama kalinya suku Sentinel datang dan mengumpulkan hadiah berupa kelapa dari tangan mereka di dalam air. Namun tim masih belum diizinkan memasuki pulau itu.
“Mereka telah memutuskan bahwa kami tidak berbahaya, jadi mereka sedikit terbuka kepada kami. Mereka juga tahu kami tidak berniat tinggal di pulau itu. Bahasa kami mungkin berbeda, tetapi kami memahami mereka dengan sempurna: mereka tidak menginginkan kami di sini,” Pandit menambahkan.
Perkiraan jumlah anggota Suku Sentinel berkisar antara 15 hingga 500. Namun Pandit berpendapat bahwa 80 adalah angka yang lebih akurat.
Awal mula muncul sikap permusuhan terhadap orang luar
Tidak mengherankan bahwa orang-orang ini menyimpan permusuhan terhadap orang luar mengingat sejarahnya. Pada akhir abad ke-19, seorang perwira angkatan laut Inggris Maurice Vidal Portman mendarat di pulau itu dan menculik pasangan tua, bersama dengan beberapa anak.
Ia membawa mereka ke tempat tinggalnya di pulau terdekat yang lebih besar, tempat Inggris mengelola penjara. Pasangan tua itu segera meninggal, dan tidak jelas tentang apa yang ia lakukan terhadap anak-anak itu. Ia segera mengembalikan mereka ke pulau itu dan menganggap “eksperimennya” gagal.
“Kita tidak dapat dikatakan telah melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar meningkatkan teror dan permusuhan mereka terhadap semua pendatang,” Portman dilaporkan menulis dalam bukunya tahun 1899, menggambarkan kegagalannya.
Kedatangan misionaris John Chau juga berakhir dengan bencana. Dalam buku hariannya, ia menulis, “Saya merasa takut tetapi terutama kecewa. Mereka tidak langsung menerima saya.”
Tentu saja, apa yang dia harapkan? Berita kematiannya tentu menyedihkan. Namun peristiwa itu merupakan pelajaran bagi mereka yang berusaha berinteraksi secara paksa dengan Suku Sentinel tanpa melakukan negosiasi dasar. Seperti yang dilakukan oleh Pandit dan timnya puluhan tahun lalu.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR