Orang-orang itu kecil dan telanjang dengan ikat pinggang kecil. Mereka melambaikan tombak, busur dan anak panah ke arah kapal yang terdampar.
Kabar mengenai kejadian ini terdengar pada 4 Agustus, ketika Kapten Liu mengirim sebuah pesan ke Regent Shipping Company untuk meminta agar senjata api segera diterjunkan melalui udara.
"Orang-orang liar, diperkirakan lebih dari 50 orang, membawa berbagai senjata rakitan, membuat dua atau tiga perahu kayu," bunyi pesan itu. "Khawatir mereka akan menaiki kapal kami saat matahari terbenam. Nyawa semua awak kapal terancam."
Menurut The American Scholar, perahu-perahu kano milik suku yang digunakan untuk mendekati kapal tersangkut terumbu karang. Selain itu, angin kencang juga membuat anak panah yang mereka arahkan ke awak kapal melenceng dari sasaran.
Sementara itu, awak kapal menjaga kapal selama 24 jam dengan senjata seadanya, termasuk pistol suar, kapak dan beberapa potong pipa.
Di satu sisi, angin laut yang kencang dan badai memaksa kru penyelamat India berulang kali menunda misi penyelamatan mereka. Sedangkan di sisi lain, pertikaian antara kru kapal dan suku Sentinel sedang berlangsung.
Koordinator pencarian Kolonel Pritvi Nath mengatakan, bahwa penduduk asli pulau Sentinel Utara tidak terbiasa dengan orang luar.
Setelah beberapa kali upaya penyelamatan gagal, kru Primrose akhirnya berhasil dievakuasi ke tempat aman menggunakan helikopter di bawah pengawasan suku Sentinel.
Bertahun-tahun setelahnya, beberapa anggota suku Sentinel terlihat membawa peralatan logam untuk pertama kalinya. Hal itu terlihat dari video penduduk suku yang diambil selama kontak 'persahabatan' dengan sekelompok antropolog India yang berkunjung ke pulau itu pada tahun 1991.
Dipercayai bahwa peralatan tersebut ditempa dari logam yang diambil dari kapal The Primrose, yang masih berada di atas terumbu karang dekat pulau tersebut.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR