Dapatkah Disaksikan dari Indonesia?
Hujan meteor Lyrid dapat disaksikan dari wilayah Indonesia. Meskipun meteor bisa muncul di bagian mana pun dari langit malam di seluruh dunia sepanjang tanggal 15 hingga 29 April 2025.
Sebagian besar akan tampak berasal dari arah rasi bintang Lyra, yang menjadi asal nama hujan meteor ini. Rasi Lyra bisa ditemukan di dekat bintang terang Vega, yang berada di langit timur laut.
Menurut peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang Hasanuddin, hujan meteor Lyrid dapat disaksikan di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Andi menjelaskan, hujan meteor Lyrid diperkirakan memiliki intensitas 25 meteor/jam dan dapat dilihat mulai pukul 10 malam di arah timur Indonesia.
"Agar dapat mengamati hujan meteor atau fenomena antariksa lainnya secara efektif, diperlukan cuaca yang cerah dan mendukung serta bebas dari tutupan awan," ujar Andi.
"Bebas dari polusi cahaya atau gangguan cahaya buatan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Medan pandang bebas dari penghalang."
"Apabila ingin mengabadikan hujan meteor dibutuhkan kamera all sky yang diletakkan di arah zenith (arah atas) sehingga kamera akan merekam sampai malam selesai, baru bisa melihat meteor melintas."
Andi menginformasikan kepada Kawan BRIN jika ingin memantau benda jatuh antariksa, Kawan BRIN dapat mengakses laman orbit.brin.go.id. Melalui laman ini masyarakat dapat memperoleh informasi lengkap mengenai benda jatuh antariksa.
Mulai dari pemantauan benda jatuh secara realtime, yang akan diperbarui setiap 5 menit sekali dan untuk hasil pemantauannya diarsipkan setiap 1 jam sekali. Hasil analisis, hingga arsip mengenai benda jatuh antariksa di masa lampau.
Pada bagian pemantauan realtime, masyarakat dapat melihat detail benda jatuh antariksa, mulai dari nama, pemilik benda jatuhnya jika merupakan benda antariksa buatan, ketinggian, prediksi kapan jatuhnya, juga lintasan benda jatuh tersebut, dari peta dunia juga Indonesia.
Bagi astronom amatir juga dapat melihat data inklinasi juga jarak terjauh dan terdekat benda jatuh tersebut.
Source | : | NASA,National Geographic,BRIN |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR