Nationalgeographic.co.id—"Mereka kemungkinan cukup kecil dan gesit, dengan kepala runcing bergigi-geligi kecil nan tajam," ungkap Profesor Paul Barrett menanggapi kajian dua dinosaurus di Tiongkok. Dia adalah seorang paleontolog dari Natural History Museum di Inggris yang dijuluki pula pemburu dinosaurus.
Kemudian Barrett melanjutkan berkata, "Leher panjang yang ramping, dua lengan relatif panjang dengan tangan berjari tiga untuk menangkap mangsa, serta ekor panjang yang berfungsi sebagai penyeimbang." Dia juga menambahkan, "Kemungkinan besar keduanya ditutupi dengan bulu halus seperti lapisan berbulu," demikian seperti dilansir Metro, media yang berbasis di Inggris Raya.
Para ilmuwan multidisiplin Tiongkok mengungkap dua spesies baru dinosaurus kecil berbulu halus yang ditemukan di Lingyuan, Provinsi Liaoning, sisi timur laut negeri itu. Kawasan itu juga dijuluki sebagai Jehol Biota, yang menyimpan fosil-fosil melimpah di Formasi Yixian. Kendati fosil itu ditemukan 20 tahun silam, mereka baru menganalisis dan memberi nama kedua spesies sebagai Sinosauropteryx lingyuanensis dan Huadanosaurus sinensis.
Kajian temuan itu diterbitkan dalam jurnal National Science Review pada Februari 2025. Jurnal akses terbuka ini diterbitkan oleh Oxford University Press, yang bertujuan untuk melaporkan perkembangan terbaru dalam sains dan teknologi di Tiongkok serta di seluruh dunia.
Tajuk penelitiannya, "Two new compsognathid-like theropods show diversified predation strategies in theropod dinosaurs" —atau dua theropoda baru mirip compsognathid yang menunjukkan ragam strategi pemangsaan dalam dinosaurus theropoda.
Penulis utama kajian ini adalah Rui Qiu yang mewakili Key Laboratory of Vertebrate Evolution and Human Origins of Chinese Academy of Sciences; Natural History Museum of China; dan College of Earth and Planetary Sciences, University of Chinese Academy of Sciences di Beijing.
"Dalam studi ini," tulis Rui Qiu yang mewakili koleganya, "kami mendeskripsikan dua spesies baru yang menyerupai compsognathid." Dalam dunia paleontologi, istilah "compsognathid" mengacu pada dinosaurus kelompok Compsognathidae.
Kelompok Compsognathidae terdiri atas keluarga dinosaurus kecil pemangsa daging yang berjalan dengan dua kaki. Badannya berpostur langsing, sehingga bisa bergerak lincah dan gapah saat memburu mangsa. Santapan mereka seperti reptil dan mamalia yang ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dibanding kedua mereka, serta serangga.
Dinosaurus ini menghuni Bumi selama puluhan jutaan tahun dalam rentang zaman Akhir Jura (163 juta - 144 juta tahun silam) sampai zaman Kapur Awal (143,1 juta hingga 100,5 juta tahun silam). "Penemuan dua taksa baru ini memberikan wawasan penting tentang pembagian relung predator dalam ekosistem Kapur Awal," tulis Rui Qiu.
Para peneliti mengungkap bahwa setidaknya terdapat tiga strategi pemangsaan yang berbeda dari dinosurus-dinosaurus kecil di ekosistem yang sama di timur Tiongkok. Temuan ini mengindikasikan pengaruh perubahan bentang alam akibat pergerakan kerak bumi sehingga habitat-habitat yang terisolasi itu memengaruhi ragam perilaku mereka dalam berburu. Tim peneliti mengungkapkan, "Diversifikasi cepat ini mungkin didorong oleh gangguan tektonik pada Lempeng Cina Utara."
"Spesies ini menunjukkan bagaimana spesialisasi mikrohabitat membentuk evolusi theropoda di Kapur Awal," ungkap Rui Qiu. Dalam kajian itu mereka memberikan ciri dan perilaku khas untuk masing-masing spesies baru dinosaurus tadi.
Baca Juga: Mungkinkah Embrio Dinosaurus Berusia 70 Juta Tahun Akhirnya akan Lahir?
Sinosauropteryx lingyuanensis, sang predator siang berekor panjang
Sinosauropteryx merujuk pada kelompok dinosaurus kecil pertama yang ditemukan memiliki bulu halus di sekujur badannya, sedangkan lingyuan merujuk pada toponimi kabupaten tempat fosil ditemukan di Tiongkok. Kemungkinan besar dinosaurus muda, demikian laporan penelitian mereka. Panjang badannya sekitar 120 sentimeter.
Dinosaurus ini memiliki kepala yang memanjang dan leher yang fleksibel. Giginya relatif lebih kecil daripada Huadanosaurus. Ekornya luar biasa panjang—terdiri atas lebih dari 60 ruas tulang belakang—sehingga bisa bergerak fleksibel. Lengan depannya lebih pendek dibandingkan kaki belakang, mirip dengan dinosaurus pemburu yang gesit.
Ia memiliki kaki ramping dan cakar melengkung, yang diadaptasi untuk bisa bergerak cepat dan berburu mangsa kecil dengan cekatan. Dia banyak beraktivitas pada siang hari, dan tampaknya memiliki kemampuan menyamar. "Sinosauropteryx," tulis Rui Qiu, "dengan rahang ramping dan adaptasi siang hari, kemungkinan memangsa kadal atau serangga."
Huadanosaurus sinensis, sang predator malam dan santapan terakhirnya
"'Huadan' adalah kata dalam bahasa Tiongkok yang berarti hari lahir tokoh besar atau institusi penting [...]," tulis Rui Qiu. "'Saurus' berasal dari bahasa Yunani yang berarti kadal, sementara "sine" berasal dari bahasa Latin yang merujuk pada Tiongkok." Kemungkinan fosil ini merupakan dinosaurus muda. Temuan kerangka ini hampir lengkap, tetapi hilang di bagian kaki dan tulang belakang di ujung ekor. Panjang badannya sekitar 105 sentimeter.
Dia memiliki rahang yang kuat, bentuk rahangnya unik karena bagian atas lebih panjang dibandingkan tingginya yang menunjukkan kemampuan menggigit yang lebih besar dibanding Sinosauropteryx. Giginya pun relatif lebih besar. Tubuhnya proporsional dengan panjang kepala hampir sama dengan panjang paha.
Tulang lengan serta jarinya menunjukkan adaptasi untuk mencengkeram atau menangkap mangsa. Ia memiliki ekor panjang dan cakar melengkung yang kuat, sehingga memiliki kemampuan untuk berburu dengan cekatan. "Huadanosaurus menunjukkan kekuatan gigitan yang besar dan memakan mamalia, menandakan aktivitas berburu malam," tulis Rui Qiu.
Paleontolog juga menemukan sisa tulang mamalia di perutnya, yang menunjukkan santapan terakhir si dinosaurus malam. "Penyebaran elemen tulang yang terlepas namun tetap terawetkan dengan baik menunjukkan bahwa mamalia tersebut ditelan secara utuh," ungkapnya. "Huadanosaurus kemungkinan menangkap mangsa kecilnya dengan mulut, membunuhnya dengan cepat menggunakan kekuatan gigitan gigi maksila yang kuat, dan menelan mangsanya secara utuh saat berburu."
Bukti Evolusi
Perbedaan dua spesies ini menunjukkan bahwa spesies yang hidup berdampingan di habitat yang sama telah mengembangkan adaptasi ekologis berbeda untuk menghindari kompetisi langsung.
Dinamika lanskap berperan penting dalam pusparagam bentang alam zaman Kapur Awal, yang boleh jadi memengaruhi evolusi dinosaurus di kawasan ini. "Banyaknya cekungan retakan kecil yang terisolasi, yang kemungkinan besar menghambat percampuran spesies dan memperkuat kompetisi antar spesies," tulis Rui Qiu. "Tekanan seleksi yang meningkat akibat persaingan di cekungan-cekungan ini mungkin telah mendorong diversifikasi theropoda."
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR