Nationalgeographic.co.id—Negara kita, Indonesia, adalah negeri dengan sejarah geologi yang kaya. Indonesia memiliki beberapa batuan tertua di dunia dan banyak situs yang berpotensi mengandung fosil.
Namun, mengapa hingga saat ini fosil dinosaurus belum juga pernah ditemukan di Indonesia?
Ali Akbar, arkeolog dari Universitas Indonesia (UI), menjelaskan penyebab tidak pernah ditemukannya fosil dinosaurus di Indonesia. Menurutnya, penyebabnya adalah karena pada masa Mesozoikum, kawasan Indonesia masih berada di bawah lautan.
Meski demikian, menurut Ali, masih ada peluang ditemukannya fosil dinosaurus di perairan Indonesia. "Masih ada kemungkinan bisa saja di air laut, tetapi bukan fosil dinosaurus yang besar, seperti di Tiongkok dan benua Amerika," jelas Ali, seperti dilansir Kompas.com.
Berdasarkan pembagian era geologis, Mesozoikum terbagi menjadi tiga periode. Tiga periode itu adalah zaman Tria, Jura, dan Kapur.
Zaman Tria terjadi antara 251,9 juta tahun hingga 201,3 juta tahun lalu, sedangkan zaman Jura dimulai pada 201 juta tahun hingga 145 juta tahun lalu. Adapun zaman Kapur baru dimulai 145 juta tahun hingga 66 juta tahun silam.
Menurut catatan yang tertulis di buku Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia (2008), wilayah daratan Indonesia baru muncul pada akhir periode Mesozoikum saat zaman Kapur.
Penyebab lain tidak ditemukannya fosil dinosaurus di Indonesia adalah kurangnya upaya pencarian fosil tersebut di negeri. Pun, tidak ada lembaga fosil dinosaurus di negeri.
Akhyari pernah menulis di laman Seasia bahwa salah satu alasan utama mengapa tidak ada lembaga fosil dinosaurus di Indonesia adalah kurangnya kesadaran dan minat masyarakat terhadap paleontologi.
"Tidak seperti di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, di mana fosil dinosaurus merupakan objek wisata yang populer dan sumber kebanggaan nasional, paleontologi bukanlah mata pelajaran utama di Indonesia," tulis Akhyari.
"Kurangnya minat masyarakat umum terhadap fosil berarti bahwa hanya ada sedikit tekanan pada pemerintah untuk mendirikan dana fosil dinosaurus," tambahnya.
Baca Juga: Berkat Bulu, Dinosaurus Berbulu Selamat dari Bencana Besar Ini
Alasan lain mengapa Indonesia belum mendirikan lembaga fosil dinosaurus adalah prioritas politik dan ekonomi negara tersebut. Dengan masalah yang mendesak seperti kemiskinan, perawatan kesehatan, dan pendidikan, pemerintah memiliki prioritas lain selain berinvestasi dalam penelitian paleontologi.
"Selain itu, manfaat ekonomi fosil dinosaurus belum banyak dipahami, sehingga pemerintah kurang terdorong untuk berinvestasi dalam penelitian paleontologi," imbuh Akhyari lagi.
Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang luas dan banyak masalah lingkungan yang mendesak, seperti penggundulan hutan dan perdagangan satwa liar ilegal. Masalah-masalah ini lebih diprioritaskan daripada penelitian paleontologi, yang dianggap kurang mendesak.
"Akibatnya, pemerintah belum mengalokasikan dana untuk penelitian paleontologi dan pelestarian fosil."
Kendala lain dalam pembentukan lembaga fosil dinosaurus di Indonesia adalah kurangnya infrastruktur dan keahlian di bidang paleontologi. Indonesia memiliki relatif sedikit ahli paleontologi, dan yang ada sering kali memiliki akses terbatas terhadap pendanaan, sumber daya, dan peralatan.
Menurut Akhyari, "Kurangnya infrastruktur dan keahlian ini mempersulit pelaksanaan penelitian paleontologi dan pelestarian fosil."
Masalah lainnya adalah geografi dan topografi negara ini. Indonesia merupakan negara kepulauan dan gunung berapi, dan proses geologi yang telah membentuk bentang alam negara ini juga mempersulit pencarian dan pelestarian fosil.
Banyak situs potensial yang mengandung fosil berada di daerah terpencil dan sulit diakses. Selain itu, aktivitas vulkanik yang telah membentuk geologi negara ini juga telah menghancurkan banyak situs fosil potensial.
Sebagai kesimpulan, tak adanya lembaga fosil dinosaurus yang secara khusus bertugas mencari, meneliti, dan melestarikan fosil di Indonesia dapat, dikaitkan dengan kombinasi berbagai faktor. Beberapa di antaranya adala kurangnya minat publik, prioritas politik dan ekonomi, masalah lingkungan, kurangnya infrastruktur dan keahlian, serta geografi dan topografi negara yang unik.
Namun begitu, ada banyak manfaat potensial dari pendirian lembaga fosil dinosaurus, termasuk wawasan yang dapat diberikannya mengenai sejarah geologi negara ini dan potensi manfaat ekonomi bagi industri pariwisata.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penelitian paleontologi dan mendorong pemerintah untuk berinvestasi dalam pelestarian dan penelitian warisan fosil Indonesia yang kaya.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR