Cara lain pemanasan global berkontribusi terhadap gangguan mata adalah dengan meningkatkan paparan kita terhadap radiasi UV. Sebagian dari ini didorong oleh perilaku—orang cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan saat cuaca hangat.
Namun di beberapa tempat, angin panas dan kering menyerap uap air dari udara yang biasanya menyerap radiasi UV. Hal ini menyebabkan lebih banyak paparan UV. Seperti di California Selatan dan Costa del Sol di Spanyol. Radiasi UV juga menghasilkan oksigen reaktif yang merusak lensa mata dan dapat secara langsung merusak DNA sel lensa.
Katarak adalah salah satu penyebab paling umum dari gangguan penglihatan di seluruh dunia. Namun perubahan iklim juga menyebabkan peningkatan dalam kondisi mata lainnya. Seperti keratitis, peradangan pada kornea, lapisan mata terluar yang bening; pterigium, pertumbuhan jaringan merah muda yang berlebihan di atas bagian putih mata. Perubahan iklim juga bisa menyebab konjungtivitis, infeksi atau iritasi mata yang juga disebut pinkeye. Hal ini diungkap dalam studi yang bertajuk “Impacts of climate change on ocular health: A scoping review”.
Satu studi tahun 2023 yang melibatkan hampir 60.000 orang di Urumqi, di Tiongkok barat laut. Studi ini bertajuk “How climate change could make fungal diseases worse”. Studi tersebut menemukan bahwa suhu yang melebihi 28,7°C meningkatkan risiko konjungtivitis sekitar 16 persen dibandingkan dengan suhu harian sekitar 10,7°C.
Musim serbuk sari yang lebih panjang dan peningkatan pertumbuhan jamur telah dikaitkan dengan perubahan iklim. Keduanya berkontribusi terhadap peningkatan konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi, kata dokter mata Malik Kahook di University of Colorado School of Medicine.
Selain dampak langsung ini, kekeringan akibat iklim menyebabkan kerawanan pangan yang dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting. Seperti tembaga dan vitamin B12, B1, dan B9. Kekurangan nutrisi ini juga berisiko merusak saraf optik. Selama kekeringan, orang-orang sering kali terpaksa menggunakan air yang tidak aman, yang juga meningkatkan risiko infeksi mata.
Cara melindungi mata dari kerusakan akibat perubahan iklim
Ada beberapa cara untuk melindungi mata dari kerusakan akibat iklim. Pertama dan terutama, pekerja luar ruangan harus diberi tempat yang cukup teduh. Pekerja juga harus sering beristirahat untuk mendinginkan diri, kata Jesus Rodrigo Comino. Comino adalah seorang ahli geografi di University of Granada. Ia juga merekomendasikan untuk mengenakan topi dengan pelindung mata yang melindungi mata, serta kacamata hitam dengan filter UV. Kacamata hitam menawarkan perlindungan hampir 38 persen lebih banyak daripada tidak mengenakannya, kata Rodrigo Comino.
Lensa kontak yang mengandung hidrogel memungkinkan lebih banyak oksigen mencapai kornea. Lensa kontak ini dapat membantu mencegah kerusakan akibat sinar UV, kata Rodrigo Comino. Lensa kontak ini tersedia secara luas dan umumnya diresepkan oleh para profesional perawatan mata di seluruh dunia.
Mengonsumsi makanan yang kaya vitamin A, C, dan E, serta triptofan, serta menghindari merokok dan alkohol, juga dapat membantu.
Mengurangi gas rumah kaca dan bahan kimia perusak ozon merupakan kunci untuk melindungi kesehatan mata di tingkat global. Keduanya dapat meningkatkan paparan sinar UV Namun panas yang disebabkan oleh iklim, kekeringan, dan gangguan mata lainnya akan terus memengaruhi orang-orang.
Beberapa program berupaya mengatasi masalah tersebut. Termasuk India’s National Program for Control of Blindness and Visual Impairment. Program ini menyediakan akses ke operasi katarak yang terjangkau. Program tersebut menanggung biaya operasi Kamble.
“Saya tidak pernah menyadari bahwa masalahnya bisa menjadi begitu parah karena bekerja di ladang,” katanya.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, bidaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR