Nationalgeographic.co.id—Buaya yang kita ketahui saat ini ternyata memiliki sejarah evolusi yang panjang dan beragam. Di dunia ini sendiri ada sekitar 28 spesies buaya yang masih hidup dan ditemukan di seluruh wilayah tropis dan subtropis. Namun, jumlah ini hanyalah sebagian kecil dari jumlah spesies buaya yang pernah ada.
Para peneliti menemukan bahwa kelompok buaya modern yang lebih besar kemungkinan pertama kali muncul di Eropa hingga 145 juta tahun yang lalu.
Setelah itu, nenek moyang buaya dan aligator kemudian terpisah satu sama lain di Amerika Utara, sehingga kemampuan buaya untuk bertahan hidup di air asin membuat mereka kemudian dapat menyebar lebih jauh ke seluruh dunia.
Profesor Paul Barrett, seorang paleontolog di Natural History Museum, mengatakan, "Tampaknya sangat mungkin bahwa nenek moyang aligator dan buaya masa kini berevolusi di Amerika Utara, dan kemudian setelah itu alligatorid [yang mencakup aligator dan caiman] kurang lebih tetap berada di Amerika sementara buaya pergi ke mana-mana ke tempat lain."
Paul menambahkan bahwa kemampuan buaya untuk menyeberangi perairan asin sepertinya telah memungkinkan mereka menyebar lebih luas dibandingkan aligator.
Buaya ditemukan di seluruh dunia, termasuk di lautan tropis, sedangkan aligator hanya terbatas di air tawar dan tidak dapat menjangkau beberapa daerah. Berbagai subkelompok buaya tampaknya telah berkembang biak dan berasal dari berbagai daerah.
Selain itu, Paul dan rekan-rekannya menemukan bahwa laju pertumbuhan buaya yang lambat merupakan adaptasi sekunder yang tidak ditemukan pada kerabat jauh mereka.
Buaya sering dianggap tidak berubah sejak dinosaurus menjelajahi daratan ratusan juta tahun yang lalu, dengan kulitnya yang tebal dan keras, gigi yang besar, gaya hidup yang lambat, dan kebiasaan memangsanya. Namun, sebenarnya buaya memiliki sejarah evolusi yang kaya dan beragam.
Kelompok yang lebih besar yang terdiri dari buaya, aligator, dan gharial yang masih hidup, disebut Crocodylomorpha, juga mencakup ratusan spesies yang sudah tidak ada lagi di sekitar kita.
Meskipun satu-satunya hewan yang masih hidup adalah spesies buaya pemakan daging, yang sebagian besar beradaptasi dengan air tawar, hal ini jauh berbeda selama 200 juta tahun terakhir.
Baca Juga: Era Dinosaurus: Buaya dan Kadal Purba Berjalan dengan Dua Kaki
Paul menjelaskan, "Beberapa hewan ini merupakan predator besar yang memangsa dinosaurus. Namun, yang lainnya merupakan hewan yang sangat kecil dan lincah yang mungkin memangsa serangga. Bahkan, ada buaya herbivora dari berbagai jenis, dengan gigi yang sangat rumit, hampir seperti gigi mamalia, yang mungkin mengunyah tanaman sebelum menelannya."
Buaya herbivora ini termasuk hewan seperti Simosuchus, yang tampak seperti armadillo modern bermoncong pendek. Mereka kemungkinan besar memakan buah-buahan, umbi-umbian, dan pakis.
Ada juga buaya predator laut murni seperti thalattosuchian yang memiliki sirip sebagai pengganti kaki dan beberapa pelari kecil bertubuh ringan seperti Terrestrisuchus yang tampak seperti reptil whippet.
Paul mengatakan bahwa buaya dan kerabatnya benar-benar bereksperimen dengan banyak cara hidup yang berbeda. Mereka melakukan banyak hal yang mengejutkan. Hal ini sangat kontras dengan apa yang kita ketahui tentang buaya yang masih hidup saat ini, yang semuanya merupakan predator yang terbatas hidup di daerah tropis dengan gaya hidup semi-akuatik atau amfibi.
Buaya yang hidup sekarang hanyalah sisa kecil dari betapa beragamnya mereka dan kerabatnya di masa lalu.
Buaya tumbuh lambat
Buaya purba yang hidup di periode Triassic jauh bukanlah hewan yang lamban. Fosil makhluk ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya adalah hewan yang tumbuh dengan cepat dan aktif.
Jadi, kapan buaya mulai bergerak lebih lambat? Diduga ini terjadi saat mereka bergerak ke air, pertumbuhan mereka melambat karena mereka terbiasa hidup semi-akuatik dan bersembunyi.
"Pertanyaan pertama adalah: apakah perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh kebiasaan akuatik buaya, atau apakah hal itu terjadi sebelumnya?" tanya Paul. "Dan yang kedua, pada titik mana dalam evolusi buaya mereka mematikan metabolisme tinggi yang diwarisi dari leluhurnya, dan kembali berkembang menjadi kondisi yang lebih primitif dengan pertumbuhan yang lambat?"
Fosil dari kerabat kuno buaya yang diperkirakan hidup 220 juta tahun lalu tampaknya mengesampingkan teori bahwa hewan ini awalnya hidup di air.
Meskipun merupakan buaya purba pertama yang diketahui memiliki laju pertumbuhan yang melambat, hewan baru ini hidup jauh sebelum buaya mulai menjelajahi lingkungan perairan. Namun, alasan mengapa hewan darat ini mengembangkan metabolisme yang lebih lambat masih menjadi bahan perdebatan.
"Mungkin ini ada hubungannya dengan sumber daya yang tersedia saat itu. Mereka hidup di lingkungan yang cukup miskin sumber daya," jelas Paul. "Namun yang menarik, mereka juga hidup berdampingan langsung dengan cabang besar lainnya dalam evolusi archosaurus: dinosaurus."
Dinosaurus melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda, yaitu tumbuh dengan cepat. Jadi, meskipun saat ini buaya hidup tumbuh lambat dan burung tumbuh cepat, perbedaan tersebut telah ada di antara kedua kelompok besar ini setidaknya sejak periode Triassic akhir. Namun, alasan mengapa mereka mengadopsi strategi berbeda tersebut masih merupakan dugaan.
Baca Juga: Ukuran Buaya Purba Deinosuchus Ternyata Lebih Besar dari Dinosaurus
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Natural History Museum |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR