Nationalgeographic.co.id—Illipe butter, atau minyak tengkawang, adalah salah satu kekayaan hayati Indonesia yang kini mendapat perhatian dunia. Berasal dari biji pohon Shorea stenoptera yang tumbuh di hutan tropis Kalimantan, illipe butter dikenal karena manfaatnya yang luar biasa untuk kulit dan rambut. Dalam industri kosmetik, bahan ini dianggap sebagai alternatif alami yang tidak hanya efektif, tetapi juga ramah lingkungan.
Proses panen tengkawang dilakukan secara musiman dan alami. Buah tengkawang dikumpulkan setelah jatuh dari pohonnya, tanpa perlu penebangan atau budidaya intensif. Di banyak wilayah Kalimantan Barat dan Tengah, proses ini dilakukan oleh masyarakat adat Dayak yang telah turun-temurun menjaga hutan adat tempat pohon tengkawang tumbuh.
Hutan bagi mereka bukan sekadar sumber daya, tetapi bagian dari identitas budaya dan spiritual. Dengan sistem pengetahuan lokal, mereka tahu kapan waktu yang tepat untuk memanen, bagaimana menjaga keberlangsungan pohon, dan bagaimana hidup berdampingan dengan alam tanpa merusaknya.
Penggunaan illipe butter menjadi contoh nyata bagaimana sumber daya lokal dapat dimanfaatkan dengan prinsip keberlanjutan. Dalam konteks krisis iklim dan deforestasi, praktik semacam ini menawarkan pendekatan berbeda: berbasis tradisi, namun relevan dengan tantangan masa kini.
Menariknya, masyarakat adat Dayak telah lama memanfaatkan illipe butter sebagai kosmetik alami untuk melembapkan kulit, melindungi dari udara kering, dan merawat rambut. Pengetahuan tradisional ini diwariskan lintas generasi dan menunjukkan bahwa perawatan diri bisa bersumber dari alam, tanpa bahan sintetis berbahaya. Dari mereka kita belajar bahwa kecantikan sejati bisa bersifat alami dan berkelanjutan.
Salah satu merek perawatan diri yang memilih illipe butter sebagai bahan utama dalam formulasi produknya adalah DEMIBUMI. Brand ini mengusung filosofi minim limbah dan keberlanjutan, menghadirkan produk-produk yang tidak hanya merawat tubuh, tetapi juga menjaga bumi.
Produk-produk DEMIBUMI yang menggunakan illipe butter antara lain: shampoo bar, conditioner bar, sabun batang alami, dan lip balm. Setiap produk diformulasikan dengan tujuan memberikan manfaat maksimal untuk kulit dan rambut, sekaligus meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
“Sebagai produsen, kami percaya bahwa tanggung jawab kami tidak berhenti pada kualitas produk. Kami juga harus mempertimbangkan dari mana bahan itu berasal dan bagaimana prosesnya berdampak pada lingkungan,” ujar Jessica Halim, co-Founder dari DEMIBUMI.
“Kami memilih illipe butter bukan hanya karena manfaatnya untuk kulit, tapi juga karena ini adalah bahan lokal yang bisa dipanen secara alami, tanpa eksploitasi besar-besaran. Ini adalah contoh bagaimana kita bisa menggunakan sumber daya dengan cara yang bertanggung jawab.”
Secara ilmiah, illipe butter mengandung asam lemak esensial seperti stearat dan oleat yang membantu mengunci kelembapan, memperbaiki lapisan pelindung kulit, dan mempercepat regenerasi sel. Teksturnya lembut dan mudah diserap, membuatnya cocok digunakan untuk sabun, pelembap, dan shampoo bar.
Tak hanya itu, nilai sosial dari penggunaan illipe butter juga menjadi poin penting. Meningkatnya permintaan global terhadap bahan alami ini menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal, sekaligus memperkuat alasan untuk terus menjaga kelestarian hutan sebagai habitat asli pohon tengkawang.
Dengan pendekatan yang menyeluruh, dari hulu ke hilir, pemanfaatan illipe butter mencerminkan masa depan industri kecantikan yang lebih etis dan berkelanjutan. Di satu sisi, ia membawa manfaat langsung bagi kulit dan rambut, di sisi lain, ia membuka jalan bagi model produksi yang menghargai alam dan kearifan lokal.
Ketika merek-merek seperti DEMIBUMI memilih untuk menggunakan bahan-bahan yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial, mereka bukan hanya menciptakan produk, tapi juga menyuarakan perubahan.
Illipe butter menunjukkan bahwa kita tak harus mengorbankan bumi demi kenyamanan sehari-hari. Justru dengan kembali ke akar, memanfaatkan kekayaan alam secara bijak, melibatkan komunitas lokal, dan menjaga keberagaman hayati. Kita bisa membangun masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan. Dan dari hutan Kalimantan, cerita ini dimulai.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR