Hasilnya menunjukkan bahwa jenis suara seperti ini telah berevolusi setidaknya 16 kali dalam kelompok Archosauria—yang mencakup burung, dinosaurus, dan buaya.
“Menariknya, hanya hewan dengan ukuran tubuh cukup besar (sekitar sebesar burung merpati atau lebih besar) yang menggunakan vokalisasi dengan mulut tertutup,” jelas Riede dalam sebuah email kepada Live Science.
Karena dinosaurus termasuk dalam kelompok Archosaur dan banyak di antaranya berukuran besar, sangat mungkin mereka juga menghasilkan suara-suara dengan cara serupa.
Tarian dan Corak Tubuh
Dinosaurus yang telah punah — seperti kerabat hidup mereka, burung modern — mungkin “berbicara” lewat lagu, tarian, aroma tubuh, dan bulu-bulu berwarna cerah, kata Williamson.
Berbagai ornamen tubuh seperti tanduk, rumbai, dan jambul di kepala dinosaurus kemungkinan digunakan untuk ritual kawin atau menakut-nakuti pesaing.
Fosil menunjukkan bahwa spesies kerabat Triceratops bernama Protoceratops andrewsi mengembangkan rumbai dan tanduk pipi yang semakin besar seiring bertambahnya usia. Hal ini mengindikasikan bahwa ornamen tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi visual, termasuk untuk menarik perhatian pasangan.
Selain itu, rumbai dan tanduk ini juga dapat memberi sinyal tentang usia dan dominasi individu kepada anggota spesies lainnya. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Palaeontologia Electronica pada Januari lalu.
Fosil dinosaurus juga memberikan petunjuk menarik tentang kemampuan sensorik mereka. Berdasarkan ukuran mata dan penglihatan kerabatnya (burung dan buaya), dinosaurus kemungkinan memiliki penglihatan warna yang sangat baik.
Penemuan terbaru tentang pola warna pada bulu dinosaurus pun menguatkan dugaan bahwa warna-warni bulu digunakan sebagai sinyal visual dalam komunikasi sosial.
Suara Dalam dari Dunia Purba
Beberapa dinosaurus berhidung bebek, seperti hadrosaurus, memiliki jambul besar yang menyatu dengan saluran napas dan berfungsi sebagai ruang resonansi. Williamson dan rekan-rekannya menemukan bahwa struktur ini mampu menghasilkan suara berfrekuensi rendah.
“Berdasarkan sifat fisik tulang yang mentransmisikan suara dari gendang telinga ke telinga tengah, kami tahu bahwa hadrosaurus mampu mendengar suara yang dihasilkan oleh jambul sesama jenisnya,” kata Williamson.
Ekor panjang milik dinosaurus seperti Diplodocus dan kelompok sauropoda lainnya juga mungkin digunakan untuk menghasilkan bunyi. Beberapa peneliti menduga bahwa ujung ekor mereka bisa dikibaskan dengan kecepatan sangat tinggi, menciptakan suara letupan mirip cambuk yang bisa terdengar dari jarak jauh.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR