Tengkorak T. rex memang terlihat seperti reptil, dengan deretan gigi tajam dan tulang yang kokoh. Tapi dinosaurus ini hidup di darat, bukan di air seperti buaya. Artinya, mereka mungkin perlu menahan kelembapan di mulut agar tidak cepat dehidrasi.
Inilah alasan mengapa banyak ilustrasi modern T. rex menampilkan semacam bibir—bukan bibir mamalia, tapi lipatan kulit yang menutup sebagian gigi, mirip seperti kadal. Sementara itu, bentuk rongga mata juga memberi petunjuk arah pandangan.
Microraptor gui, misalnya, memiliki rongga mata menghadap ke depan, menunjukkan kemampuan melihat secara binokular seperti elang.
Tangan Mini dan Gerakan yang Disalahpahami
Salah satu bagian tubuh T. rex yang paling sering diperdebatkan adalah tangan kecilnya. Dalam penggambaran lama, tangannya terlihat seperti menghadap ke bawah, seolah sedang mengetik di udara.
Tapi penelitian tahun 2018 yang membandingkan struktur bahu burung kalkun dan buaya menunjukkan bahwa telapak tangan dinosaurus lebih mungkin menghadap ke dalam.
Begitu pula dengan Microraptor, yang dulu dikira mengepak seperti burung. Kini diketahui bahwa struktur tulang belikat dan sudut dadanya justru membatasi gerakan sayap ke atas.
Hasil pengujian di terowongan angin menunjukkan bahwa dinosaurus kecil berbulu ini justru meluncur dari pohon ke pohon—bukan terbang aktif.
Jejak Kulit yang Langka
Jaringan lunak seperti kulit sangat jarang bertahan jutaan tahun, tapi terkadang, keberuntungan berpihak. Fosil kulit T. rex yang ditemukan di Montana, Amerika Serikat, memberi gambaran tekstur tubuhnya.
Dari situ, seniman membuat semacam “cap” tekstur dan menerapkannya ke seluruh tubuh dalam ilustrasi. Namun soal warna, kita hanya bisa berspekulasi.
Tak ada fosil yang benar-benar menyimpan pigmen kulit. Jadi para paleoartis biasanya melihat lingkungan tempat T. rex hidup—dataran banjir dan rawa-rawa—dan membayangkan pola kulit yang membantu kamuflase. Mungkin kehijauan, kecokelatan, atau bahkan bercak-bercak samar seperti buaya modern.
Source | : | popsci.com |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR