Wisatawan yang tanpa sengaja melihat pemakaman robot anjing mungkin akan terkejut. Ia bertanya-tanya: “Apakah ini hanya sebuah pertunjukkan?”
Jawabannya adalah tidak. Itu benar-benar upacara pemakaman yang layak. Emosi yang ditunjukkan para pengunjung manusia sangatlah tulus.
Robot berbentuk anjing tersebut merepresentasikan hiburan dan persahabatan. Ketika Sony meluncurkan AIBO (kependekan dari “artificial intelligence robot”) pada 1999, 3000 unit berhasil terjual di pasar Jepang dalam waktu 20 menit.
Baca juga: Kemajuan Teknologi Pencitraan Udara Mampu Selamatkan Banyak Nyawa
AIBO tidak seperti remote-control. Mereka didesain untuk bergerak dengan lebih fleksibel dan mampu dilatih pemiliknya. Program AIBO mencakup semua perilaku anjing – termasuk menggoyangkan ekor dan menari.
Seiring berjalannya waktu, AIBO mampu mengenali sahabat manusianya dan bergantung kepada mereka layaknya anjing asli.
Beberapa pemiliknya pun sudah terlanjur terikat dengan robot peliharaannya. Jadi, ketika Sony mengumumkan bahwa mereka tak mampu lagi mendukung kemajuan AIBO yang semakin menua pada 2014, para pemilik mendengar pesan yang suram: robot anjing peliharaan mereka akan segera mati.
Selanjutnya, komunitas pemilik mulai berbagi tips tentang cara merawat hewan peliharaan mereka tersebut tanpa dukungan resmi dari Sony.
Dokter bedah AIBO
Nobuyuki Norimatsu awalnya tidak berniat menciptakan ‘rumah sakit siber’. Menurut Nippon.com, mantan pegawai Sony yang mendirikan perusahaan reparasi A-Fun ini, hanya merasa berkewajiban untuk merawat produk-produk perusahaan.
Suatu hari, datang permintaan untuk memperbaiki AIBO. Awalnya, tidak ada yang tahu bagaimana melakukannya. Namun, setelah mengalami kegagalan selama berbulan-bulan, anjing robot itu akhirnya bisa berdiri dengan kakinya lagi.
Setelah itu, A-Fun pun mendapat banyak permintaan untuk membetulkan AIBO -- yang hanya bisa dilakukan dengan mengambil ‘organ’ dari robot anjing lainnya yang sudah mati.
Hirsohi Funabashi, supervisor perbaikan di A-Fun, mengatakan, para pemilik biasanya menggambarkan kondisi robot anjing mereka dengan istilah “nyeri sendi”. Dari situ, ia menyadari bahwa para pemilik tidak menganggap AIBO sebagai alat elektronik, melainkan anggota keluarga.
Sementara itu, Norimatsu menganggap AIBO yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai “pendonor organ”. Untuk menghormati pemilik yang robot-robotnya telah mati itu, Norimatsu dan koleganya memutuskan untuk menyelenggarakan pemakaman.
Pemakaman untuk robot anjing
A-Fun lalu mendatangi Bungen Oi, kepala biksu di Kōfuku-ji, kuil Buddha di Prefektur Chiba. Oi setuju untuk memimpin pemakaman robot anjing pendonor tersebut sebelum dibongkar.
Pada 2015, kuil yang usianya sudah berabad-abad tersebut, mengadakan pemakaman robot pertamanya untuk 17 AIBO. Permintaan untuk pemakaman AIBO pun terus meningkat setelahnya.
Baca juga: Menjaga Kelestarian Jalak Bali Melalui Penangkaran dan Pelepasliaran
Belum lama ini, pada April 2018, jumlah robot anjing yang dimakamkan mencapai 800. Label yang melekat pada tubuh AIBO berisi namanya sendiri dan pemiliknya.
Prosesi pemakaman yang dilakukan tak jauh berbeda dengan manusia. Diiringi dengan nyanyian dan juga pembakaran dupa.
Menurut kepala biksu Oi, menghormati benda mati, sesuai dengan ajaran Buddha. “Meskipun AIBO merupakan mesin dan tidak memiliki perasaan, namun ia bertindak sebagai cermin dari emosi manusia,” katanya.
Source | : | James Burch/National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR