Nationalgeographic.co.id - Dalam setiap perkembangan teknologi, unsur budaya tentu tidak dapat sepenuhnya terlepas di dalamnya. Budaya seringkali justru menjadi dasar ide atas munculnya sebuah gagasan teknologi. Teknologi dalam misi luar angkasa pun tidak menjadi perkecualian.
Salah satu contoh dari peran kebudayaan dapat ditemukan di Tiongkok, negara yang dikenal dengan kekentalan budayanya.
Baca juga: 7 Pembunuhan yang Mengguncang Dunia, John Lennon Hingga Mahatma Gandhi
Hong Kong Polytechnic University, Tiongkok, pernah mengadakan sebuah riset untuk merancang peralatan luar angkasa. Sumber inspirasi saat itu berasal dari sumpit dan sendok sup keramik Tiongkok. Riset itu dipimpin oleh Profesor Yung Kai-leung, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Asosiasi Departemen Teknik dan Sistem Industri Hong Kong Polytechnic University.
"Teknologi kami berbeda," ucap Yung kepada CNN. "Tidak ada rekayasa kami yang menggunakan desain orang lain." Menurut Yung, ada kompleksitas luar biasa dalam teknologi luar angkasa.
"Ketika Anda berbicara tentang misi ruang angkasa, Anda harus mempertimbangkan semua kemungkinan hingga akhir. Semua desain kami memiliki berbagai alternatif. Bila satu bagian tidak bekerja, maka bagian lain akan menggantikannya."
Untuk ekspedisi menuju Mars dari Badan Antariksa Eropa (ESA), Yung telah merancang alat pembuat batu Mars untuk sampel dan latihan. Mekanisme dari alat itu menggunakan inti dari fungsi sepasang sumpit.
Yung juga merujuk pada prinsip sendok sup Tiongkok berbahan keramik yang tahan panas dan mampu dioperasikan dengan baik ke dalam lubang yang dalam. Sendok ini diketahui berfungsi lebih baik untuk menciduk ke dalam mangkok nasi daripada sendok besi ala Barat.
Yung juga pernah mengembangkan kamera yang akan melengkapi robot dalam misi ke Bulan. Kamera ini harus memenuhi segala spesifikasi untuk dapat bertahan di bulan, mulai dari suhu ekstrem di ruang hampa udara hingga kekuatan besar sekaligus fleksibel untuk memperbaiki masalah ketika ada gangguan.
Baca juga: Perang Sepak Bola Antara Honduras dan El Salvador di Babak Kualifikasi Piala Dunia 1970
Dengan jarak 380.000 kilometer antara Bumi dan Bulan, Yung mengatakan hanya ada sedikit ruang kesalahan yang dimungkinkan. "Jika Anda melihat misi NASA, mereka kerap mendaratkan dua pendarat pada waktu yang sama. (Sebenarnya itu) hanya untuk meminimalkan risiko," ujar dia.
Yung menuturkan, pada tahun 1960, lebih dari sepertiga misi luar angkasa mengalami kegagalan. Tiongkok, kata dia, memiliki kemewahan dengan belajar dari kesalahan dua negara pelopor misi luar angkasa, Amerika dan Rusia.
Source | : | CNN,National Geographic |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR