Empat puluh sembilan tahun lalu, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan.
Pada saat itu, mereka juga menjadi orang pertama yang membawa sampel dari objek luar angkasa tersebut dan membawanya kembali ke Bumi.
Selama misi Apollo, diketahui bahwa para astronaut mengumpulkan sekitar 2.200 sampel dengan total berat 382 kilogram. Ryan Zeigler, kurator NASA mengatakan, batu-batu tersebut masih dipelajari hingga saat ini.
Zeigler, yang juga melakukan penelitian geokimia, bertanggung jawab untuk mengawasi koleksi batuan luar angkasa NASA dari misi Apollo, Mars, asteroid, bintang, dan tempat-tempat lain selain Bumi.
Baca juga: Ini Rencana Pesawat Luar Angkasa NASA ‘Sentuh’ Matahari Tanpa Terbakar
Menurut Zeigler, para ilmuwan baru mempelajari sekitar 16% sampel Apollo. Di antara 16% itu, hanya sepertiga yang telah dipamerkan. Sementara sisanya dijaga agar tetap murni.
“Kami mencoba untuk tidak menghabiskan sampel sehingga para ilmuwan masa depan masih memiliki kesempatan untuk mempelajarinya,” kata Zeigler.
“Meskipun saya tahu bahwa batuan Bulan dari misi Apollo dimaksudkan sebagai sumber ilmiah, namun mereka juga memiliki kepentingan sejarah dan budaya yang signifikan. Oleh sebab itu, sampel-sampel ini perlu dilestarikan dengan mempertimbangkan hal tersebut,” paparnya.
Penting untuk memastikan bahwa peneliti di masa depan memiliki batuan luar angkasa yang cukup untuk dipelajari. Terutama karena kita tidak dapat memprediksi hasil yang akan mereka temukan nantinya.
“Pemahaman kita tentang Bulan, dan juga keseluruhan tata surya, telah berkembang berkat studi sampel Apollo yang berkelanjutan,” imbuh Zeigler.
Baca juga: Mengapa Gerhana Bulan 28 Juli Akan Berlangsung Dalam Waktu yang Lama?
Dalam enam tahun terakhir, Zeigler dan timnya mendapat 351 permintaan untuk sampel Apollo. Para ilmuwan meminta sekitar 692 sampel individu per tahun, dengan masing-masing beratnya satu hingga dua gram.
Meski begitu, tidak semua peneliti mendapat keinginannya. Zeigler mengatakan, dari semua permintaan, ada beberapa yang tidak disetujui. Rata-rata, ia hanya memberikan 525 sampel per tahun.
Kini, masih ada 84% sampel yang belum tersentuh. Jumlah itu cukup untuk digunakan ahli geologi dan astronom masa mendatang yang ingin mencoba menguraikan rahasia-rahasia Bulan.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Science Alert,futurism |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR