Nationalgeographic.co.id - Kabar mengkhawatirkan datang dari salah satu destinasi internasional asal Indonesia, Pulau Komodo. Sebanyak 10 hektar padang rumput di Gili Lawadarat, Kawasan Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, dikabarkan terbakar.
Informasi bermula dari laporan masyarakat pada Rabu (1/8/2018) malam, pukul 20.00 WITA. Laporan ini kemudian ditindaklanjuti oleh petugas Resort Padar, Loh Sebita dan Labuan Bajo dengan mendatangi lokasi tersebut. Petugas kemudian berusaha untuk memadamkan api.
Baca juga: Misteri Segitiga Bermuda: Ketika Kapal Terbesar AS Hilang Tanpa Jejak
Sejumlah foto mengenai peristiwa ini juga tersebar di berbagai aplikasi percakapan dan media sosial. Akun Instagram @Lambe_Turah juga turut menyebarkan informasi tersebut.
Kepala Taman Nasional Komodo, Budi Kurniawan menjelaskan bahwa peyebab kebarakan ini diduga kuat berasal dari api rokok yang dibuang oleh pengunjung di puncak Gili Lawadarat.
Sambil melakukan upaya pemadaman, petugas pun berusaha mencari tahu dari mana asal puntung rokok tersebut. Petugas kemudian mendata pengunjung yang turun dari bukit sebelum kebakaran terjadi. Tidak hanya pengunjung, petugas juga memeriksa awak kapal dan pemandu wisata yang diduga sebagai penyebab terjadinya kebakaran.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, petugas kemudian menduga bahwa salah satu dari rombongan kapal "Indonesia Juara" sebagai pelakunya. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, petugas kemudian menyita Kartu Tanda Penduduk pemandu wisata dan nahkoda kapal, beserta dokumen kapal.
Dampak kebakaran
Walaupun tidak ada laporan mengenai dampak kebakaran bagi komodo secara langsung, namun kebakaran yang baru berhasil dipadamkan pada Kamis (2/8/2018) dini hari, pukul 03.10 ini berdampak pada sektor wisata pulau tersebut.
Budi mengatakan bahwa Gili Lawadarat adalah salah satu tempat wisata favorit di Taman Nasional Komodo. Wisatawan nasional maupun internasional banyak mengunjungi spot instagramable ini. Terutama saat Matahari terbit dan saat Matahari tenggelam. "Biasanya wisatawan mengunjungi Gili Lawadarat setelah menyelam," ungkap Budi lebih lanjut.
Baca juga: ‘Gemeletuk Kematian’, Penanda Datangnya Waktu Kematian Seseorang
Dengan kejadian ini, Gili Lawadarat otomatis kehilangan salah satu daya tariknya untuk beberapa waktu ke depan. Padang savana yang "berdesis" saat angin bertiup di area ini pun berkurang jumlahnya. Warna hijau di daratan saat Matahari terbit dan tenggelam pun hilang.
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR