Nationalgeographic.co.id—Di penjuru dunia, ada banyak kuliner ekstrem yang akan membuat Anda bergidik. Namun bagi penduduk setempat yang menikmatinya, kuliner tersebut mungkin tampak biasa saja. Salah satunya adalah casu marzu, keju belatung khas Sardinia, Italia.
Pulau Sardinia di Italia terletak di tengah Laut Tyrrhenian. Pulau ini dikelilingi oleh garis pantai sepanjang 1.849 kilometer. Pantainya berpasir putih dan air berwarna zamrud. Lanskap pedalaman pulau ini dengan cepat menjulang membentuk bukit-bukit dan pegunungan yang kedap air.
Keju paling berbahaya di dunia
Di pulau ini, para penggembala menghasilkan casu marzu, keju yang dipenuhi belatung. Pada tahun 2009, Guinness World Record menobatkannya sebagai keju paling berbahaya di dunia.
Lalat pengambil keju, Piophila casei, bertelur di celah-celah yang terbentuk di keju. Keju yang digunakan biasanya fiore sardo, keju pecorino asin khas pulau ini.
Belatung menetas dan menembus pasta. Belatung mencerna protein dalam prosesnya, dan mengubah produk tersebut menjadi keju krim yang lembut.
Kemudian penjual keju membuka bagian atasnya – yang hampir tidak tersentuh belatung – untuk mengambil sesendok kelezatan krim tersebut. “Saat bagian atas keju dibuka, larva di dalamnya mulai menggeliat dengan panik,” tulis Agostino Petroni di laman CNN.
Beberapa penduduk setempat memutar keju dengan mesin untuk menyatukan belatung dengan keju. Yang lain menyukainya secara alami. Mereka membuka mulut dan memakan semuanya.
Jika Anda mampu mengatasi rasa jijik, casu marzu memiliki rasa yang kuat dan pedas. Konon sisa rasanya bisa bertahan selama berjam-jam.
Ada yang mengatakan bahwa casu marzu adalah afrodisiak. Sedangkan yang lain berpendapat jika keju ini bisa membahayakan kesehatan manusia.
Pasalnya, belatung dapat bertahan hidup setelah digigit dan menciptakan miiasis, perforasi mikro di usus. Namun sejauh ini, tidak ada kasus seperti itu yang dikaitkan dengan casu marzu.
Baca Juga: Kesong Puti, Keju Putih Filipina yang Mirip Keju Dali Ni Horbo Suku Batak
Source | : | CNN |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR