Keju tersebut dilarang untuk dijual secara komersial. Namun orang Sardinia telah memakannya, termasuk larva yang melompat, selama berabad-abad.
“Serangan belatung adalah daya tarik dan kenikmatan keju ini,” kata Paolo Solinas, seorang ahli gastronomi Sardinia.
Solinas mengatakan beberapa orang Sardinia merasa ngeri membayangkan casu marzu. Sedangkan yang lain yang dibesarkan dengan pecorino asin seumur hidup sangat menyukai cita rasanya yang kuat.
“Beberapa penggembala melihat keju ini sebagai kenikmatan yang unik, sesuatu yang hanya dapat dicoba oleh beberapa orang terpilih,” tambah Solinas.
Kuliner kuno
Ketika wisatawan mengunjungi Sardinia, mereka biasanya akan mampir ke restoran yang menyajikan porceddu sardo, anak babi yang dipanggang perlahan.
Wisatawan juga akan mengunjungi toko roti yang menjual pane carasau, roti pipih tradisional setipis kertas. Selain itu, sebagian wisatawan juga bertemu dengan penggembala yang memproduksi fiore sardo, keju pecorino khas pulau ini.
Namun, jika Anda cukup berani, Anda mungkin dapat menemukan casu marzu. Alih-alih dianggap dianggap sebagai daya tarik yang aneh, casu marzu melestarikan tradisi kuno Sardinia.
Giovanni Fancello, seorang jurnalis dan ahli gastronomi Sardinia berusia 77 tahun, menghabiskan hidupnya untuk meneliti sejarah makanan lokal. Ia menelusurinya kembali ke masa ketika Sardinia menjadi provinsi kekaisaran Romawi.
“Bahasa Latin adalah bahasa kami. Dan dalam dialek kami, kami menemukan jejak masakan kuno kami,” kata Fancello.
Menurut Fancello, tidak ada catatan tertulis tentang resep makanan Sardinia hingga tahun 1909. Saat itulah Vittorio Agnetti, seorang dokter dari daratan Modena, melakukan perjalanan ke Sardinia. Ia menyusun enam resep dalam sebuah buku berjudul La Nuova Cucina Delle Specialità Regionali.
Baca Juga: Mengungkap Asal-usul Keju yang Dikalungkan pada Mumi Tarim Basin
Source | : | CNN |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR