Nationalgeographic.co.id - Beberapa negara saat ini ketergantungan mengekspor tumpukan limbah mereka -- khususnya limbah plastik -- ke negara lain. Inggris diketahui telah melakukan pengiriman limbah besar-besaran ke Polandia secara ilegal dengan disamarkan sebagai plastik.
Meskipun demikian, Badan Lingkungan Inggris (EA) mengonfirmasi bahwa mereka telah bekerja sama dengan pihak berwenang Polandia untuk mengembalikan limbah yang berisikan 1.000 ton kotak, kaleng, kemasan deterjen, dan oli mesin tersebut ke pantai Inggris.
Di pelabuhan Gdynia, Polandia, investigasi tengah dilakukan dengan mencegat limbah-limbah yang melewati pelabuhan. Dari investigasi tersebut, Polandia mencurigai tiga perusahaan telah melakukan pengiriman limbah ilegal.
Baca Juga: Berat Badan Pria Turun Lebih Cepat Dibanding Wanita, Apa Alasannya?
Badan perdagangan limbah dan daur ulang, Environmental Services Association (ESA) memperingatkan perusahaan dan dewan untuk waspada terhadap kejahatan limbah.
"Jika benar seperti yang dituduhkan, tentang keterlibatan para penjahat terorganisasi, maka hal tersebut merupakan permasalahan yang sangat serius. Pemerintah daerah dan pebisnis perlu waspada dan memastikan bahwa mereka telah memahami kewajiban akan penanganan limbah," ucap Jakob Rindegren, penasihat dari ESA.
Sebelumnya, kepala EA, Sir James Bevan telah memperingatkan tentang limbah sebagai narkotika baru. Setidaknya negara harus mengeluarkan biaya sebesar 1 milyar poundsterling setiap tahun untuk urusan limbah.
Salah satu alasan mengapa permasalahan limbah di dunia sulit untuk diatasi adalah karena negara belum sadar dengan besarnya permasalahan yang dihadapi.
Semenjak Tiongkok berhenti untuk menerima impor sampah dari seluruh dunia, Inggris harus berupaya mencari solusi untuk menampung banyaknya limbah yang seharusnya sudah diekspor.
Thailand dan Malaysia yang sebelumnya menerima impor plastik, untuk sementara melarang adanya praktik tersebut. Sedangkan perdana menteri Polandia, Mateusz Morawiecki, baru-baru ini mengumumkan peringatan keras terkait limbah setelah terjadinya kebakaran beracun di tempat pembuangan sampah.
Baca Juga: Terwelu di Skotlandia Menurun Drastis Sejak 60 Tahun Terakhir
“Semakin banyak negara yang menolak menerima sampah plastik dari Inggris. Hal ini seharusnya menyadarkan kita untuk mencari solusi dalam menangani kelebihan produksi sampah plastik," kata Louise Edge dari Greenpeace.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | independent.co.uk |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR