Tidak ingin dikatakan sebagai tempat sampah dunia, secara mengejutkan, mulai tahun 2018 Tiongkok memutuskan untuk berhenti menerima impor 24 jenis sampah dari seluruh dunia.
Setelah beberapa dekade menjadi importir sampah terbesar di dunia, kebijakan ini cukup menggegerkan negara-negara yang menjadi pengekspor sampah ke Tiongkok.
Tercatat, Tiongkok menampung hampir 9 juta ton metric potongan plastik dalam setahun sebelum adanya larangan ini. Sejak tahun 1980-an Tiongkok sudah mulai menampung sampah sebagai bahan bakar industri yang sedang dibangun.
Tiongkok juga berusaha mengembangkan industri daur ulang sampah. Namun, karena pengelolaannya yang kurang tepat, sampah-sampah yang terkumpul di Tiongkok justru membuat lingkungan di sana tercemar.
Baca Juga: Raymond Loewy, Desainer Hebat Di Balik Megahnya Air Force One
Amerika Serikat sebagai salah satu negara pengekspor sampah mulai merasakan dampaknya. Fasilitas daur ulang wilayah Baltimore, Washington mendapatkan permasalahan yang cukup besar. Mereka harus mengeluarkan dana untuk menyingkirkan sampah-sampah yang biasanya mereka jual ke Tiongkok.
"Kami harus memperlambat mesin kami, dan mempekerjakan lebih banyak orang untuk membersihkan limbah”, kata Michael Taylor, kepala operasi daur ulang untuk Pengelolaan Limbah.
Tahun lalu, Tiongkok membeli lebih dari separuh barang bekas dari Amerika. Dari sebuah penelitian yang dimuat dalan jurnal Science Advances, sejak tahun 1992, 72 persen sampah plastik di dunia berakhir di Tiongkok dan Hong Kong. Namun, sejak januari, Tiongkok mulai menutup akses untuk limbah kertas dan plastik sejalan dengan kebijakan lingkungan yang di dorong oleh Beijing.
Sedangkan untuk limbah seperti karton dan logam, Tiongkok memberlakukan batas maksimum kontaminasi, yaitu 0,5 persen. Batas ini dianggap terlalu rendah bagi Amerika Serikat.
Baca Juga: Dampak Gelombang Panas: Membuat Orang-Orang Jadi Sulit Berpikir
Menumpuknya sampah membuat pabrik daur ulang di daerah lain Amerika Serikat menyalahi aturan dengan tidak memilah sampah dan langsung mengirimkannya ke tempat pembuangan.
Manajemen Limbah dan Layanan Publik industri kelas berat lain, mengaku telah melakukannya dalam keadaan terbatas, sementara beberapa kota kecil, khususnya di Florida, hanya berhenti mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang.
Menyikapi kebijakan Tiongkok, Washington mempertimbangkan untuk menawarkan tempat sampah ketiga bagi masyarakat untuk sampah organik dan membangun fasilitas untuk membuat kompos.
"lebih baik mendidik warga kami tentang apa yang harus dan tidak boleh didaur ulang" kata Christopher Shorter, direktur pekerjaan umum kota Washington.
Source | : | AFP |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR