Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menginginkan penggantian pesawat kepresidenan (Air Force One) menjadi pesawat yang sesuai dengan seleranya. Trump menganggap pesawat yang ada saat ini "kurang Amerika"
Beberapa waktu lalu, Donald Trump membatalkan pesanan pesawat Boeing yang rencananya akan menjadi ‘Air Force One’ terbaru. Trump menilai harga pesawat tersebut terlalu mahal dan tidak masuk akal.
Baca Juga: Sampah Plastik Akan Selamanya Menjadi Makanan Bagi Hewan Laut
Dilansir dari laman BBC, Air Force One pertama kali mengudara pada tahun 1959, era Presiden Dwight Eisenhower. Saat itu Air Force One berwarna merah dan emas. Namun pada era Presiden John F. Kennedy, pesawat kepresidenan ini mengalami pergantian warna, menjadi biru dan putih.
Setelah pergantian tersebut, Air Force One tidak pernah lagi mengalami pergantian warna.
Warna biru putih yang sudah menghiasi Air Force One selama beberapa dekade dikeluhkan oleh Trump sebagai warna Jackie Kennedy (istri John F Kennedy). Trump menginginkan warna yang ‘lebih amerika’ untuk Air Force One yang sering ia gunakan ini.
Alasan yang dikemukanan Trump mungkin ada benarnya jika kita melihat sosok Jackie Kennedy yang sangat berpengaruh. Jutaan orang di dunia mengagumi sosoknya yang anggun dan gayanya yang memesona. Selain menginspirasi gaya berbusana dunia, sosok Jackie Kennedy menginspirasi kebangkitan desain di Gedung Putih.
Namun Air Force One memiliki sejarah tersendiri yang lepas dari pengaruh Jackie Kennedy. Dikutip dari Travel and Leisure, Air Force One diciptakan oleh Raymond Loewy, designer terkenal asal Amerika yang lahir di Paris.
Selain berhasil mendesain Air Force One, Loewy juga terkenal dengan desainnya pada logo perindustrian di dunia, seperti Coca Cola, Shell, Exxon, hingga ikon layanan pos Amerika Serikat.
Baca Juga: Dampak Gelombang Panas: Membuat Orang-Orang Jadi Sulit Berpikir
Loewy memulai kariernya pada 1919 setelah ia bermigrasi ke New York dan menyelesaikan dinas militernya di korps teknik selama Perang Dunia I. Hasil karya Loewy kemudian muncul pada majalah Vogue dan Harper’s Bazaar.
Keberhasilannya mendesain logo-logo perindustrian, termasuk pesawat, kereta api, dan mobil, membuat profilnya banyak diangkat di berbagai majalah ternama seperti TIME (31 OKtober 1949) dan New Yorker.
Source | : | travelandleisure |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR