Nationalgeographic.co.id - Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang meningkat di dunia. Penderita obesitas biasanya dikaitkan dengan gaya hidupnya yang tidak sehat dan kurang berolahraga. Bagi penderita obesitas, menurunkan berat badan merupakan hal yang paling sulit dilakukan.
Ternyata, selain dari gaya hidup, obesitas juga berkaitan dengan cara tubuh bereaksi terhadap lemak dengan menggerakkan serangkaian peristiwa molekuler — menghambat proses metabolisme yang biasanya akan meredam kelaparan.
Penelitian yang dipublikasikan pada Science Translational Medicine menjelaskan tentang bagaimana penderita obesitas cenderung sulit dalam menurunkan berat badan mereka. Penelitian tersebut juga diharapkan mampu menemukan metode pengobatannya.
Obesitas terjadi karena otak manusia terpengaruh oleh hormon yang mampu mengendalikan rasa lapar. Pola makan manusia diatur oleh hormon yang disebut leptin. Hormon tersebut diproduksi oleh sel-sel lemak sehingga menjadi molekul yang kemudian memengaruhi otak. Otak yang telah terpengaruh menjadi tidak mampu mengendalikan rasa lapar meskipun cadangan energi manusia sudah penuh.
Baca Juga: Seribu Gigi Dari Abad Ke-19 Ditemukan Di Stasiun Kereta Bawah Tanah
Sialnya, berat badan yang semakin bertambah membuat tubuh menjadi kurang sensitif terhadap leptin.
Peneliti melakukan percobaan pada tikus dengan membuatnya menjadi obesitas. Peneliti menemukan bahwa obesitas meningkatkan aktivitas enzim yang disebut matriks metalloproteinase-2, (MMP-2). Enzim MMP-2 diketahui memotong sebagian reseptor leptin di hipotalamus, sehingga merusak sinyal hormon dan kemampuannya untuk menekan nafsu makan.
Peneliti kemudian mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut. Enzim MMP-2 diketahui dapat dinonaktifkan dengan teknik pembungkaman gen — penyuntikan RNA ke hipotalamus. hasilnya, berat badan tikus dapat turun dan pembelahan reseptor leptin dapat dicegah.
"Kontribusi kami ke lapangan adalah (mengungkapkan) mekanisme ini di mana obesitas menginduksi aktivasi MMP-2 di hipotalamus, yang merusak persinyalan leptin." kata Dinorah Friedmann-Morvinski ahli biologi dari Tel Aviv University.
Baca Juga: Terungkap, Musik Cadas dan Kebisingan Kota pun 'Tak Ramah' Lingkungan
Peneliti juga menemukan bahwa dengan mengobati sel-sel hipotalamus menggunakan senyawa peradangan mampu meningkatkan ekspresi gen MMP-2. Hal tersebut menunjukkan peradangan memainkan peran penting dalam obesitas.
Mendukung penelitian tersebut, Martin Myers dari Univerity of Michigan, setuju bahwa MMP-2 mungkin berperan dalam keseimbangan energi. Namun, menurut Myers, penelitian tersebut masih belum cukup untuk menunjukkan bahwa MMP-2 mengganggu sinyal leptin pada hewan hidup.
“Saya pikir temuan mereka tentang peran MMP-2 berpotensi penting. Tapi saya rasa mereka tidak mengidentifikasi mekanisme itu. Masalah yang paling penting di sini adalah bahwa mereka belum menunjukkan perubahan dari pensinyalan leptin,” kata Myers.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Scientific American |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR