Nationalgeographic.co.id - Berdasarkan data dari perusahaan aplikasi investasi, Acorns, dua dari tiga orang cenderung lebih senang membicarakan tentang berat badan mereka dibanding uang. Ini berdasarkan survei yang dilakukan pada lebih dari tiga ribu penduduk Amerika berusia 18-44 tahun.
“Berbicara soal uang dianggap budaya yang memalukan. Semua orang membutuhkannya dan itu sangat mengontrol kehidupan kita. Tidak ada orang yang senang membicarakan uang,” kata Colin Walsh, CEO dan pendiri Varo Money.
Baca Juga : PBB : Tingkat Kelaparan Meningkat Selama Tiga Tahun Terakhir
Selain berat badan, mereka juga lebih senang membicarakan seks dibanding uang.
“Bukan hal besar bagi para perempuan untuk pergi makan malam lalu berbicara tentang perawatan kecantikan atau kehidupan seks mereka. Namun, ketika ditanya tentang uang di rekening, situasinya sunyi,” papar Nicole Lapin, pengarang buku Rich Bitch: A Simple 12-Step Plan for Getting Your Financial Life Together.
Alasan tak suka berbicara tentang uang
Lalu, mengapa sulit bagi seseorang untuk membicarakan kondisi keuangannya?
Cara berpikir yang kuno mungkin bisa disalahkan. Pada buku Etiquette In Society, In Bussiness, In Politics, and At Home yang terbit tahun 1922, Emily Post menyarankan orang-orang untuk menjaga privasi kehidupan finansial mereka.
Pelajaran ini pun diterapkan hingga satu abad, meski kondisi sosial, politik, dan iklim financial telah berkembang secara eksponensial.
Psikiater asal Los Angeles, Kirsten Thompson, mengatakan: “Pada budaya kita, uang tidak hanya menjadi kebutuhan utama, tapi juga ukuran kesuksesan. Apa pun yang berkaitan dengan nilai diri kita sebagai manusia, sering kali sulit didiskusikan.”
Baca Juga : Saat Dijemput Ajal, Beberapa Orang Justru Ingin Ditinggalkan Sendirian
Dan perempuan lebih sulit menghadapi subyek ini. Berdasarkan Fidelity Investment Money FIT Women Study 2015, sebanyak 56% perempuan menahan diri untuk berbicara tentang uang karena subyek tersebut sangat personal.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR