Nationalgeographic.co.id - Sebuah bangunan di Desa Gombong, Magelang, Jawa Tengah menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu hal yang membuat bangunan ini naik ke permukaan adalah film "Ada Apa Dengan Cinta 2".
Bangunan tersebut adalah "Gereja Ayam". Disebut Gereja Ayam karena memang terlihat seperti seekor ayam, di mana terdapat ekor dan paruh yang menyerupai ayam. Namun, menurut pemilik bangunan, Daniel Alamsjah, bangunan tersebut bukanlah berbentuk ayam, melainkan burung merpati.
Sebenarnya bangunan tersebut bernama Rumah Doa Bukit Rhema, tetapi penduduk lokal lebih sering menyebutnya Gereja Ayam.
Baca Juga : Belum Ada Teknologi Yang Dapat Menentukan Kapan Gempa Datang, Mengapa?
Alamsjah mengungkapkan bahwa saat itu ia mendapatkan sebuah mimpi untuk membangun rumah ibadah di atas bukit.
Pada tahun 1989, saat ia menuju ke Magelang, tempat keluarga istrinya tinggal, ia melihat pemandangan di sana sama persis seperti yang di lihatnya dalam mimpi.
"Saya berdoa sepanjang malam di sana dan saya mendapat wahyu bahwa saya harus membangun rumah doa di tempat itu," ujarnya. Satu tahun kemudian, pemilik tanah menawari lahan seluas 3.000 meter persegi di Rhema Hill.
Tempat ini dapat menjadi rumah ibadah bagi siapapun—termasuk umat Buddha, Hindu, Islam, Katholik, Kristen, maupun kepercayaan lainnya dengan berdoa sesuai dengan caranya masing-masing.
"Mungkin karena saya orang Kristen, jadi orang-orang mengira saya membangun sebuah gereja. Tapi itu bukan gereja. Saya sedang membangun sebuah rumah doa, tempat bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan," kata Alamsjah, melansir DailyMail, Kamis (4/10/2018).
Pada tahun 2000, bangunan tersebut sempat terhenti karena biaya pembangunan yang terlalu tinggi. Sehingga bangunan tersebut sempat dijadikan rumah rehabilitasi dan terapi untuk anak-anak cacat, pecandu narkoba dan orang gangguan jiwa.
Pada bagian utama bangunan tersebut ada sebuah aula yang besar tetapi belum terdapat perabotan apapun. Selain itu, di sana terdapat beberapa kamar yang dilengkapi dengan kamar mandi.
Baca Juga : Sokushinbutsu, Kisah Para Biksu Yang Mengubah Dirinya Menjadi Mumi
Karena sudah terbengkalai, banyak grafiti di dinding yang dituliskan dengan kata-kata kotor.
Meski pembangunan belum selesai, masih banyak pengunjung yang datang untuk melihat keunikan dan keindahan tempat ibadah tersebut.
Mereka juga menyediakan lahan parkir serta menjual makanan dan minuman untuk mendapatkan keuntungan, apalagi banyak pengunjung yang berdatangan.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Kompas.com,Daily Mail |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR