Dibajak oleh para pengikut Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina, ketiga pesawat terbang tersebut menjadi liputan seluruh media dunia.
Meskipun perbaikan telah dilakukan di sana-sini, beberapa pelaku kejahatan masih bisa menembus tirai keamanan, termasuk Richard Reid, “pembom sepatu” pada tahun 2001. Untunglah Reid tidak berhasil menjatuhkan pesawat di tengah penerbangan.
Penyebab lain kecelakaan pesawat adalah kesalahan manusia, seperti kelalaian pengendali lalu lintas udara, dispatcher, pemuat barang, pengisi bahan bakar atau teknisi pemeliharaan.
Karena terkadang diharuskan bekerja dalam shift yang panjang, para teknisi pemeliharaan pesawat yang kelelahan berpotensi membuat kesalahan yang fatal.
Baca Juga : Basarnas: Lion Air JT-610 Rute Jakarta-Pangkal Pinang Jatuh di Perairan Karawang
Pada tahun 1990, copotnya kaca depan pesawat British Airways hampir menewaskan kapten pesawat tersebut. Menurut Cabang Investigasi Kecelakaan Udara atau Air Accidents Investigation Branch, hampir semua dari 90 baut di kaca depan “lebih kecil daripada diameter yang seharusnya.”
Namun teknisi yang bertanggung jawab bukannya mengakui bahwa ia salah memilih ukuran baut; ia justru menyalahkan lubang-lubang baut yang terlalu besar.
Teknisi itu kurang tidur dan mengerjakan penggantian kaca depan saat jam biologisnya menyuruh dia untuk tidur—suatu kondisi di mana seseorang sangat mungkin membuat keputusan yang keliru.
Simon Ashley Bennett, Director of the Civil Safety and Security Unit (CSSU), University of Leicester
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR