Nationalgeographic.co.id - Tersembunyi di antara lorong-lorong sempit Santiago Atitlán, Guatemala, beberapa pria berjaga di sebuah ruangan remang-remang yang dipenuhi asap rokok.
Setiap hari sepanjang tahun, mereka akan mengunjungi Maximón–santo ‘nakal’ yang berasal dari kepercayaan suku Maya dan Katolik Spanyol.
Maximón, yang juga dikenal dengan nama San Simón, mewakili terang dan gelap. Ia dianggap sebagai penipu–tukang main perempuan sekaligus pelindung pasangan yang baik.
Baca Juga : Mardi Gras, Parade Pertunjukan Gratis Terbesar di Amerika Serikat
Menurut legenda, nelayan desa yang sering bepergian untuk berdagang, meminta Maximón untuk melindungi istri yang mereka tinggalkan. Namun, ini menjadi bumerang. Maximón justru menyamar sebagai orang yang mereka cintai sehingga bisa melakukan hubungan seks.
Saat ini, patung Maximòn ditempatkan di rumah keluarga yang berbeda-beda setiap tahunnya. Tubuh kayunya mengenakan setelan pria khas wilayah tersebut dan diletakkan di atas petate, atau tikar jerami.
Menurut tradisi, patung Maximón hanya dikeluarkan pada Minggu Suci. Namun, karena tingginya permintaan dari peziarah, turis, dan cenayang, Maximón dipajang sepanjang tahun.
Baca Juga : Surva, Festival Pengusir Roh Jahat di Bulgaria
Mereka yang mencari mukjizat, kesehatan, dan cinta, memberikan persembahan di kuil sebagai pertukaran atas ‘pertolongan’ Maximón.
Biasanya mereka memberikan alkohol, rokok linting, dan uang yang mewakili kebiasaan buruk Maximón. Cofrades atau pengunjungnya menghabiskan waktu mereka dengan merokok dan minum alkohol di samping patung Maximón. Ini dianggap sebagai cara untuk menghormati santo tersebut.
Pada Minggu Suci, Maximón dibawa keluar dan berparade di sepanjang jalan. Lalu, ditempatkan di rumah lain hingga tahun depan.
Tips berkunjung: Jika Anda ingin mengunjungi Maximón, pengemudi taksi lokal akan menunjukkan tempatnya. Turis diperbolehkan untuk melihat patung Maximón, namun sediakan persembahan untuknya.
Source | : | Gulnaz Khan/National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR