Berdasarkan penelitian dari seorang peneliti dari Fakultas Farmasi UGM, Supardjan, ditemukan bahwa kunyit terbukti mengandung berbagai senyawa kurkuminoid (curcuma longa) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, antioksidan, hingga terapi penyembuhan kanker.
Sebelumnya sebuah penelitian di University of South Dakota pun pernah menemukan bahwa sel kanker yang tereskpos kurkumin ternyata lebih responsif terhadap kemoterapi dan radiasi.
"Penelitian ilmiah menunjukkan molekul-molekul baru kurkumin kunyit antara lain memiliki efek analgesik-antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antikanker, serta antitumor," kata Supardjan di Yogyakarta, Selasa (17/1).
Menurut Supardjan, 100 molekul yang terdiri dari kurkumin, demetoksin kurkumin, dan bisdemetoksin kurkumin tersebut sudah diteliti lebih lanjut. "Untuk turunannya yang merah lebih ke antiinflamasi, sedang yang berwarna kuning lebih untuk melindungi hati (hepatotoksik)," ujarnya lagi.
Sementara bagi penderita diabetes, kurkumin juga baik karena mampu mencegah terjadinya pembekuan atau penggumpalan darah. Namun, sampai saat ini kurkumin baru dikembangkan sebatas obat-obatan herbal, belum dijadikan obat kimia. Ini karena membutuhkan uji klinis dengan waktu lebih lama dan membutuhkan biaya besar untuk menjadikannya obat kimia.
Tanaman kunyit atau kunir merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Tanaman ini telah lama digunakan oleh masyarakat baik sebagai rempah-rempah maupun obat tradisional.
Umbi (rhizoma) kunyit dapat mendinginkan badan, membersihkan, mempengaruhi bagian perut khususnya lambung, merangsang, melepaskan lebihan gas di usus, menghentikan pendarahan, dan efektif mengatasi gangguan kerja pada ginjal.
Kunyit dipercaya pula bisa menurunkan kadar gula darah serta memperlambat progres penyakit autoimun seperti multiple sclerosis.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR