Suara yang sepertinya tidak berbahaya ternyata memiliki dampak yang cukup merusak bagi pendengaran. Xiaoming Zhou dari East China Normal University dan Michael Merzenich dari University of California tengah menguji tentang metode pengerusakan suara.
Biasanya, pengerusakan oleh suara melibatkan pendengaran yang dapat mengukur apakah seseorang dapat mendeteksi suara samar atau tidak. Namun, studi terkini mengatakan bahwa suara apapun dalam waktu yang panjang dapat merusak pendengaran.
Kedua peneliti itu menguji coba penemuan ini dengan menggunakan tikus. Tikus percobaan diberikan suara sebesar 65 desibel selama sepuluh jam, kemudian suasana hening selama 14 jam. Hal ini dilakukan selama dua bulan agar tikus dapat menyerap kebisingan tempat kerja dan tenangnya lingkungan.
Hasilnya, tikus percobaan lebih lambat secara signifikan dalam membedakan suara jika dibandingkan dengan tikus yang belum masuk proses uji coba. Tikus tersebut juga memiliki aktivitas yang lebih sedikit di dalam otak mereka dalam menanggapi rangsangan suara.
“Tingginya tingkat suara yang merusak pendengaran, namun suara dalam level medium tidak akan merusak, inilah kenapa kerusakan belum bisa dideteksi pada penelitian sebelumnya,” jelas Zhou.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Lampung, Eni Muslihah |
KOMENTAR