Anoa, satwa endemik sekaligus maskot Sulawesi Tenggara di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara,terancam punah. Pasalnya, selama lima tahun terakhir ini sulit dilacak dan diperkirakan lima tahun ke depan akan punah.
Kepala Kantor Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Resort Kolaka Sinyo mengatakan, dulunya habitat hewan ini berada di kawasan hutan lindung Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara. Sejak alih fungsi hutan secara besar-besaran membuat populasi anoa berkurang.
”Dalam lima tahun terakhir memang populasi binatang endemik kita ini menurun secara drastis. Pengalihan kawasan hutan lindung menjadi hutan produksi pada lima tahun terakhir secara besar-besaran oleh pemda Kolaka dan Kolaka Utara adalah penyebab utamanya,” ungkapnya, Selasa (29/5).
Sinyo menambahkan, rusaknya habitat anoa di pegunungan memaksa bintang ini masuk ke kebun atau permukiman warga. Parahnya, anoa kerap kali dianggap sebagai ancaman oleh warga yang bermukim di kaki Gunung Mekongga yang merupakan habitat asli binatang ini.
"Untuk mengurangi risiko diserang anoa, warga pun memasang jerat untuk anoa,” tambahnya. Bahkan, jelang hari raya Idul Fitri, hewan ini menjadi hewan buruan untuk diambil dagingnya lalu dijual ke pasar secara bebas.
Seorang warga yang bermukim di Desa Ulunggulaka, Mulyadi, mengatakan, ia kerap mendapati anoa yang terperangkap di jerat miliknya. ”Biasanya, kami pasang jerat untuk babi, tetapi setelah kami datangi yang kena itu anoa. Daging anoa ini kalau dijual bisa lebih mahal daripada daging sapi. Mungkin penyebabnya (anoa turun) karena hutan yang di atas itu sudah gundul,” paparnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR