Kerangka anak berusia sekitar dua atau tiga tahun dari periode Kristen Romawi yang ditemukan di pekuburan Dakhleh Oasis, Mesir, terindikasi mengalami penyiksaan. Dengan demikian, anak yang diperkirakan hidup 2.000 tahun lalu ini jadi bukti pertama penyiksaan anak dalam catatan arkeologi.
Demikian disampaikan peneliti yang terlibat dalam penemuannya seperti dilansir Selasa (28/5). Dikatakan Sandra Wheeler, seorang bioarkeolog dari The University of Central Florida, Amerika Serikat, lokasi Dakhleh Oasis merupakan lokasi yang terus dihuni manusia sejak masa Neolitik.
Lokasi ini juga satu dari tujuh oasis di gurun pasir barat Mesir. Sehingga membuatnya jadi salah satu fokus utama investigasi arekologi.
Ketika salah satu kolega Wheeler, Tosha Duprasbegan, mengkaji kubur yang diberi nama "Pekuburan 519", ia menemukan adanya patahan di lengan di kerangka si balita. Kemudian ditemukan lagi patahan di tulang selangkanya.
"Kami menemukan [kerangka] anak lain yang memiliki bukti trauma tulang, tapi yang ini adalah satu-satunya yang miliki pola retakan ekstrem," kata Wheeler.
Tanda siksaan
Bukti awal membuat para pakar melanjutkan uji coba dengan menggunakan X-Ray, studi mikroskopik jaringan, dan analisa isotop. Hasilnya, ditemukan lagi patahnya tulang di seluruh tubuh seperti di lengan bawah, pinggul, tulang iga, dan punggung.
Tes juga menunjukkan cedera yang dialami oleh balita ini semuanya berada dalam tahap penyembuhan berbeda. Itu artinya anak ini mengalami trauma non-kecelakaan yang berulang.
Salah satu cedera besar terlihat di bagian bawah kedua lengannya: patah ke seluruh tulang. Kerusakan seperti ini diperkirakan terjadi saat seseorang menarik dan mengguncangnya dengan hebat.
Dikatakan Wheeler, penyiksaan anak masih sangat jarang dalam catatan arkeologi. Salah satu alasannya karena para arkeolog tidak terlalu menaruh perhatian pada kerangka anak yang dianggap kurang bisa memberi informasi mengenai masa lampau.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR