Kegiatan riset atau penelitan siswa kini dirasakan semakin penting oleh sekolah. Karena itu sejumlah sekolah di berbagai daerah kini mulai membekali siswa dengan kemampuan meneliti, lewat pelajaran khusus, bahkan kelas khusus.
Kemampuan siswa dalam melakukan penelitian juga semakin berkembang dan inovatif, seperti tercermin dalam Kompetisi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2013 yang berlangsung di Jakarta, pekan lalu.
SMAN 6 Yogyakarta adalah salah satunya, tampak menonjol dengan berbagai produk inovatif yang berpotensi mendapatkan paten dalam National Young Inventor Awards (NYIA). Brahmantio Taufan Anata Putra dan Ikhlas Satriaryo, misalnya, finalis NYIA 2013 dari SMAN 6 Yogyakarta, membuat alat pengoptimal penyiram tanaman.
Ada lagi, gelang antipenculikan dengan alarm sensor otomatis, sepatu 3-in-1, dan iBlind—berupa komunikasi melalui layanan pesan singkat berformat huruf braille untuk tunanetra yang juga tunarungu. Serta kursi roda hidrolilik yang memudahkan penyandang cacat.
Brahmantio mengatakan, kegiatan riset di sekolahnya itu berkembang karena siswa kelas X dan XI di sekolah berbasis riset ini sudah mendapat pelajaran dasar-dasar penelitian yang merupakan bagian dari mata pelajaran muatan lokal.
Dengan bekal inilah, guru merangsang siswa untuk mampu berpikir secara ilmiah terhadap beragam isu yang ada di sekeliling para siswa. "Kami jadi termotivasi untuk membuat produk-produk inovatif," ujarnya.
Yosua Bangun Imantaka, juga siswa dari SMAN 6 Yogyakarta, terpilih menjadi finalis melalui Gadget Vest rancangannya. Gadget Vest yaitu kantong dan jalur kabel di dalam vest agar power bank dan gadget mudah untuk dibawa sekaligus mengisi daya.
"Dengan pelajaran dasar-dasar penelitian, siswa diajak berpikir tidak biasa. Saya jadi suka mencari solusi yang tidak terpikirkan orang. Padahal karyanya sederhana," kata Yosua.
Hal yang sama diterapkan di SMAN 3 Semarang, yang memiliki kelas khusus olimpiade. Juga SMP Al-Hikmah Surabaya yang mewajibkan para siswanya mengikuti program ekstrakulikuler karya ilmiah.
Di Madrasah Aliyah Negeri Kudus 2 Jawa Tengah, para siswa yang masuk di kelas Bilingual Class System mendapat tantangan untuk membuat tugas inovatif sejak kelas X. Produk inovatif yang sudah mereka hasilkan antara lain alat untuk membelah durian yang membantu para perempuan untuk tidak kesulitan membuka durian, ransel multifungsi yang membantu pencinta alam, hingga baby walker yang menggunakan tali yang bisa diperpanjang atau diperpendek.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR