Sebagai antisipasi merebaknya penyakit Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) di tanah air, di sejumlah daerah, rumah sakit-rumah sakit rujukan menyiapkan ruang isolasi dan tim dokter.
”Hingga kini, belum ada pasien terduga terinfeksi virus yang kami tangani. Namun, kami sudah menyiapkan semua,” ujar Kepala Humas RSUD dr Soetomo Surabaya dr Urip Murtedjo.
Ruang isolasi yang disiapkan memiliki tiga tempat tidur. Ruang itu merupakan ruangan yang khusus disediakan untuk pasien penyakit tertentu, seperti flu burung, SARS, dan MERS.
Di Makassar, Sulawesi Selatan, Direktur Utama RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, Abdul Kadir, mengatakan, pihaknya punya ruangan khusus infeksi untuk menangani penyakit seperti MERS.
Ruangan itu sebelumnya dipakai untuk menangani pasien flu burung dan flu babi. ”Protokol dan penanganan MERS sama dengan flu burung dan flu babi karena sama-sama berasal dari virus korona,” kata Abdul.
Sementara itu, di RS Hasan Sadikin Bandung, pengelola menyiapkan Ruang Flamboyan untuk merawat pasien terduga MERS. ”Kami siap jika ada terduga terinfeksi MERS. Ruangan Flamboyan kerap digunakan untuk kasus flu burung,” kata Primal Sudjana, Kepala Departemen Ilmu Penyakit di RSHS.
Secara nasional, 100 RS rujukan siap menangani pasien terduga MERS. Ke-100 RS itu yang dulu ditunjuk menangani pasien sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan flu burung.
Terkait tata laksana, Kepala Balitbangkes Kemenkes Tjandra Yoga Aditama menambahkan, pihaknya telah mengirim edaran terkait pengambilan sampel dan perawatan pasien pada unit isolasi kepada semua RS rujukan.
Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan-Jakarta, Sardikin Dwiputro, menyatakan, petugas di unit isolasi perlu diingatkan lagi tentang bagaimana menangani pasien di ruang isolasi.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR