Nationalgeographic.co.id—Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Sampah-sampah plastik itu terus-menerus mencemari lautan dunia sehingga perlu adanya intervensi untuk mengurangi produksi sampah di negeri ini.
Proyek inovatif bertajuk A Systems Analysis Approach to Reduce Plastic Waste in Indonesian Societies (PISCES) berhasil mempertemukan para peneliti dari Indonesia dan Inggris dalam upaya mengurangi sampah plastik di Indonesia. Dalam pertemuan di Hotel Kokoon, Banyuwangi, pada awal Desember ini, para periset berbagi temuan terbaru mereka kepada para perwakilan pemerintah daerah dan masyarakat Bali Barat serta Jawa Timur.
PISCES, sebuah proyek senilai jutaan dolar AS yang berlangsung selama empat tahun (2021–2024), didanai oleh UK Research and Innovation (UKRI). Proyek ini bertujuan mengidentifikasi inefisiensi dalam rantai penggunaan plastik di Indonesia melalui pendekatan berbasis sistem.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memainkan peran kunci dalam program ini, terutama melalui kontribusi ilmuwan Indonesia. Muhammad Reza Cordova, Profesor Riset di bidang Pencemaran Laut BRIN, menjelaskan bahwa hasil riset PISCES dapat membawa perubahan besar dalam kebijakan nasional.
“Jika Indonesia memutuskan untuk mengadopsi hasil dari PISCES, maka kita dapat meningkatkan kebijakan dan strategi nasional dalam memerangi polusi plastik secara signifikan. Namun, hal ini membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dan industri," ujar Cordova seperti dikutip dari laman BRIN.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama untuk menghadapi tantangan lokal seperti sistem pengelolaan limbah, penegakan hukum, dan perubahan perilaku masyarakat.
PISCES menggunakan pendekatan berbasis sistem untuk memahami seluruh siklus plastik, mulai dari produksi, konsumsi, hingga pembuangan. Proyek ini memberikan rekomendasi intervensi berbasis bukti untuk mengurangi polusi plastik laut sebesar 70% pada 2025, sejalan dengan target nasional Indonesia.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin secara global melalui solusi berbasis sistem dan komunitas,” kata Susan Jobling, Direktur PISCES sekaligus Profesor Ekotoksikologi di Brunel University London. “Kolaborasi lintas sektor ini adalah langkah awal menuju perubahan nyata dan berkelanjutan.”
Lesley Henderson, Profesor Science Communication dari University of Strathclyde, menambahkan bahwa aspek komunikasi dengan komunitas memainkan peran penting. "Kita memerlukan lebih dari sekadar perbaikan teknis," kata Henderson.
"Memahami alasan di balik perilaku masyarakat dapat membantu menciptakan komunikasi yang lebih efektif untuk mendorong perubahan perilaku terkait penggunaan plastik."
Dalam acara tersebut, PISCES juga meluncurkan laporan ilmiah komprehensif yang menyajikan temuan penelitian utama. Laporan ini menjadi panduan bagi Indonesia untuk mencapai target ekonomi sirkular pada 2040.
Baca Juga: Apakah Serangga Pemakan Plastik Bisa Jadi Solusi Daur Ulang Alami?
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR