Nationalgeographic.co.id—Zaman Keemasan Islam berlangsung pada pertengahan abad ke-7 hingga abad ke-13. Selama periode sejarah yang penting ini, para pemimpin Islam mendirikan salah satu kerajaan terbesar di dunia. Pasukan Islam menaklukkan wilayah yang luas termasuk Afrika Utara, sebagian Timur Tengah, dan Eropa Barat. Tidak hanya itu, terdapat terobosan penting dalam bidang sains dan seni berlangsung selama periode ini.
Faktor-faktor apa yang menyebabkan munculnya Zaman Keemasan Islam?
“Revolusi ilmiah di Kekaisaran Islam dimulai setelah berdirinya Dinasti Abbasiyah pada abad ke-8,” tulis Mike Cohen di laman The Collector.
Munculnya dinasti ini memungkinkan kekaisaran untuk menetap secara politik. Stabilitas sosial-ekonomi dan politik yang berlaku setelah berdirinya menciptakan lingkungan yang mendukung kebangkitan intelektual. Hasilnya, dunia Islam melahirkan para pemikir cemerlang selama era Zaman Keemasan Islam. Termasuk para insinyur, seniman, ulama, pedagang, dan filsuf ternama. Banyak di antara mereka yang dikenang atas sumbangsih besarnya di bidang-bidang seperti pertanian, hukum, dan teknologi.
Bagdad menjadi ibu kota kekaisaran pada tahun 762 M. Terletak di Sungai Tigris, kota ini berada di persimpangan Timur dan Barat. Baghdad merupakan pusat antarbudaya utama karena posisinya yang strategis.
Faktor-faktor apa yang menyebabkan pencarian ilmu pengetahuan di Zaman Keemasan Islam?
Zaman Keemasan Islam adalah periode yang ditandai oleh minat yang besar terhadap sains dan penemuan. Beberapa sejarawan menghubungkan tumbuhnya minat terhadap sains di dunia Islam dengan pengaruh budaya Yunani. Ilmu pengetahuan Yunani mencapai puncaknya pada abad ke-2 M.
Akan tetapi, setelah itu muncul serangkaian penganiayaan anti-intelektual. Penganiayaan itu memaksa para ilmuwan dan filsuf Yunani melarikan diri secara massal ke Timur. Sejumlah besar filsuf yang tersisa termasuk Hypatia dari Alexandria kehilangan nyawa selama periode ini.
Beruntungnya bagi para ilmuwan yang mencari perlindungan di wilayah Islam, mereka diterima. Mereka didorong untuk berbagi pengetahuan tentang subjek ilmiah. Hal ini karena para khalifah Abbasiyah yang memerintah dinasti Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan.
Para khalifah dianggap berjasa mendirikan Baitul Hikmah di Bagdad. Lembaga ini menjadi pusat kekuatan intelektual dunia Islam. Fasilitas ini didirikan untuk memungkinkan para sarjana menyusun dan menerjemahkan teks-teks penting ke dalam bahasa Arab. Teks-teks itu berasal dari wilayah-wilayah taklukan. Seperti Romawi Kuno, Mesopotamia kuno, India, Tiongkok, Mesir Kuno, Afrika Utara, Persia, Yunani Kuno, dan Bizantium. Di sana juga tersimpan naskah-naskah ilmiah berbahasa Sansekerta dan Yunani.
Publikasi penting yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab di House of Wisdom. Termasuk buku-buku Aristoteles yang terkait dengan puisi dan metafisika, The Republic karya Plato, dan Elements karya Euclid. Karya-karya klasik kuno juga diterjemahkan di akademi tersebut ke dalam bahasa Arab. Seiring berkembangnya Zaman Keemasan Islam, pusat-pusat intelektual lainnya muncul di kota-kota seperti Kordoba dan Kairo.
Baca Juga: Tarekat Syattariyah Aceh, 'Anak Kandung' Tradisi Intelektual Ottoman
Bumi Semakin Rapuh pada 2024, Ilmuwan Wanti-wanti Datangnya Ancaman yang Lebih Buruk
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR