Menghabiskan sore dengan wisata kuliner memang menyenangkan, apalagi di bulan Ramadan seperti ini. Bila sedang berada di kawasan Tangerang, sempatkan ngabuburit di Pasar Lama.
Sejak pagi, Kawasan Pecinan ini selalu ramai. Beragam penjaja kuliner berjejer rapi di sepanjang jalan. Kalau sudah sore, gerobak-gerobak penjual makanan pun berganti dengan makanan yang lebih akrab untuk perut di waktu sore dan malam.
Beragam menu khas Tangerang bisa didapat di sini, salah satunya Laksa Benteng. Penjaja Laksa Benteng biasanya memarkir gerobak di sekitar Kelenteng Boen Tek Bio. Sesekali penjualnya membuka panci besar isi kuah laksa untuk mengaduk. Saat itu, aroma kunyit dari kuahnya tercium siapa saja yang berdiri dekat gerobak.
Ikut tertarik, saya coba mencicipi seporsi laksa. Laksa Benteng di Pasar Lama disajikan sederhana. Tak banyak isi dalam piringnya. Laksa khas Tangerang ini memang berbeda dengan laksa betawi atau laksa bogor yang biasanya disajikan dengan soun, tauge, oncom, dan kemangi mentah.
Tak ada kemangi dalam piringnya. Mi berwarna putih, terbuat dari tepung beras. Seperti soun, hanya saja ukurannya sebesar mi kuning untuk soto. Untuk lauk, pembeli bisa memilih telur bulat atau pun ayam. Untuk telur, biasanya hanya telur rebus yang dimasukkan dalam panci kuah. Berbeda dengan ayam. Ia menggunakan ayam kampung yang dipotong empat lalu dibakar terlebih dahulu baru dimasukkan dalam panci kuah. Terakhir daun kucai ditaburi sebagai pelengkap.
Perbedaan lain dengan terletak pada kuah. Kuah laksa ini tak sekental laksa lain. Bila dicoba, terasa kuah yang masir, rupanya di dalamnya ada serpihan kelapa parut. Rasa bumbunya kuat tetapi tetap gurih. Dalam kuahnya terdapat potongan kentang dan juga kacang hijau yang meramaikan isinya. Laksa ini lebih nikmat bila disantap panas-panas karena selain aromanya masih kuat, mi bisa menjadi sedikit keras bila sudah dingin.
Untuk sepiring Laksa Benteng dengan telur bulat dihargai Rp9.000 sedangkan dengan ayam dihargai Rp17.000. Laksa bisa dimakan di tempat tetapi sayangnya bangku yang disediakan terbatas.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR